Seperti
yang saya bilang sebelumnya kalau bagian ini akan berkaitan dengan bagian
sebelumnya (#SedikitRenungan,
Bagian 16 (Mencari Kebaikan)). Persisnya adalah ketika seseorang
tidak mampu atau tidak mau untuk meraih sesuatu yang seharusnya bisa didapatkan, akhirnya
mereka beralih untuk mendapatkan
sesuatu dengan cara yang
tidak seharusnya dilakukan dengan dalih lebih murah, lebih mudah, atau lebih
cepat. Cukup, backstory-nya cukup segitu.
Beberapa
hari yang lalu saya baru-baru aja menyelesaikan kursus online
yang di situ dibahas mengenai perubahan,
dalam hal apapun, meskipun secara luas lebih mengarah kepada perubahan dalam
konteks organisasi. Di situ
diterangkan bahwa perubahan dimulai karena ada beberapa hal, salah satunya
adalah adanya krisis atau kondisi dimana seseorang mulai berpikir bahwa jika
mereka tidak lekas berubah, sesuatu yang gawat atau merugikan bagi mereka akan
terjadi. Berkaitan dengan bagian sebelumnya yang membahas mengenai pembajakan
yang sebetulnya secara umum tetap bisa diambil pelajaran, jadi memang karena orang-orang
kita, Indonesia, mungkin karena mereka sangat mudah mendapatkan sesuatu dengan
cara apapun atau sumber daya yang ingin mereka dapatkan begitu terjangkau. Alhasil, sehingga mereka lupa bahwa
sebetulnya semua itu justru lama-kelamaan akan membuat kita, sadar tidak sadar,
akan tertinggal oleh bangsa lain yang mereka dengan cerdiknya mengeksploitasi
kelemahan kita (konsumtif). Saking mudahnya dipengaruhi oleh hal-hal
yang bersifat tren, terlepas itu butuh atau tidak dibutuhkan.
Sama,
kalau kita sebagai pribadi terus melihat alternatif justru sebagai pilihan
utama yang ada kita akan tidak bisa maju, enggan berkompetisi, dan tidak mau
berusaha lebih (alternatif di sini
konteksnya lebih mengarah kepada sesuatu yang sifatnya berada di bawah pilihan
utama). Di sisi lain, Indonesia terkenal dengan predikat sumber dayanya yang
sangat melimpah dari zaman dulu hingga sekarang. Keren memang, tapi sebetulnya
predikat itu justru bisa membuat kita semakin hari-semakin merasa tidak adanya
krisis dan tidak ada yang perlu diubah, baik kondisi yang ada atau pola hidup
mereka. Sama sih, kita juga kalau terus dinaungi pujian atau predikat
yang baik dari orang-orang dan menerimanya sebagai sebuah akhir dari pencapaian
justru lama kelamaan akan membuat kita bisa jatuh. Bukannya mengajarkan untuk
tidak bersyukur ya, tapi adanya alternatif itu tadi akan membuat kita selalu
merasa cukup, padahal sebetulnya kita berbuat lebih untuk memperoleh sesuatu
yang lebih.
Saya
sendiri juga sering merasakan comfort zone, dimana merasa seolah-olah
semuanya sudah tercapai, padahal kalau dibiarkan lama-kelamaan justru akan
membuat saya berjalan mundur pelan-pelan dan sebetulnya hidup musti jalan
terus sebelum kita benar-benar mati. Tahapannya biasanya lulus SD, lulus SMP,
lulus SMA, lulus kuliah, cari kerja, dan seterusnya, semuanya masih ada
tahapannya, tidak akan berakhir sampai
benar-benar
mati. Ada yang bilang, orang yang tidak bisa menerima perubahan atau tidak bisa
berubah adalah orang-orang yang mati meskipun mereka secara biologis belum
mati, tapi karena kaku dan tidak fleksibel akhirnya mereka dianggap orang-orang
sebagai orang yang mati. Jangan sampai sesuatu yang bersifat pencapaian membuat
kita berhenti untuk melangkah mencapai pencapaian selanjutnya. Untuk itu
penting untuk terus menciptakan discomfort zone dalam diri kita, dimana
kita merasa tidak nyaman dan ingin terus berbenah dan berkembang. People says, comfort block achievements (quotes ini saya dapatkan sewaktu perjalanan di
kereta api ketika ada orang yang memakai kaos bertuliskan quotes tersebut).
Hidup ini ada siklusnya, terkhusus siklus perubahan, jika seseorang
tidak berubah maka mereka akan mulai memasuki titik krisis dimana mereka akan
mengalami kemunduran. Dan jika sudah benar-benar masuk ke dalam titik krisis,
yang diperlukan adalah manajemen krisis. Jangan sampai kita masuk ke dalam fase
tersebut dan sudah sadar waktunya untuk mulai berubah. Stay sharp, find
your benchmark, start
the change!
Stay
healthy guys, sampai jumpa di post selanjutnya!
No comments:
Post a Comment