Showing posts with label #SeparuhRenungan. Show all posts
Showing posts with label #SeparuhRenungan. Show all posts

Saturday, 31 August 2024

#SeparuhRenungan, Bagian 4 (Titipan)


Beberapa waktu lalu di Youtube, waktu itu tidak sengaja menonton wawancara Najwa Shihab dengan Tulus. Di video itu Najwa Shihab kagum dengan lirik lagu yang dibuat oleh Tulus yang selalu dapat dirangkai dengan baik  dan mampu menyentuh emosi pendengarnya. Lalu dengan rendah hatinya Tulus kemudian menjawab


“... Saya sebagai orang yang dititipi kemampuan (oleh Tuhan) untuk menulis lirik lagu merasa senang (ketika berdampak baik) karena merasa ada nilainya dengan apa yang saya perjuangkan….”


Setelah dengar pernyataan itu aku langsung kepikiran nulis tulisan ini

Tulus diberikan “titipan” berupa kemampuan menulis lirik lagu. Paling tidak kita tahu dan ikut mendengarkan lagu yang dibuat oleh Tulus mungkin mampu membuat sebagian dari kita menjadi bahagia, haru, tenang, dan mungkin emosi baik lainnya. Artinya kita tahu bahwa titipan Tuhan yang diberikan kepada Tulus berupa kemampuan menulis lirik lagu tersebut dimanfaatkan dengan baik dan memberikan dampak baik juga ke pendengarnya.

Tapi memang benar, semua yang kita dapatkan di dunia ini memang  “titipan”. Kadang ada orang yang merasa sesumbar atas pencapaian yang didapatkannya merasa bahwa ini semua karena dirinya. Padahal antara dirinya dengan pencapaiannya ada perantara Tuhan, kalau Tuhan tidak menitipkan kemampuan itu kepadanya, mungkin semua pencapaiannya tidak akan pernah ada. 

Sunday, 24 September 2023

#SeparuhRenungan, Bagian 3 (Nilai)


Sejauh mana kita pernah mengukur seberapa bernilainya kita dalam hidup?

Atau kita coba mundur dulu dari pertanyaan mendasarnya, pentingkah kita mempunyai nilai dalam hidup kita? Jangan-jangan tidak. Untuk apa?

Tapi jika kita selama ini tidak bernilai untuk apa kita hidup selama ini tapi tidak menghasilkan atau memberikan apa-apa?

Pertanyaan-pertanyaan itu sering mengganggu dan muncul tiba-tiba hingga membuat termenung sejenak. Apalagi jika sewaktu sendiri dan Ketika sedang mendengarkan orang lain secara tidak sengaja lalu kita tertohok dengan beberapa perkataan yang sebetulnya tidak ditujukan kepada kita. Pun Ketika sedang mendengarkan podcast atau membaca buku yang bertema self improvement lalu membuat kita terdiam kemudian menutup buku lalu kemudian kita mengingat sesuatu yang penting dan menulis hal-hal apa yang akan dikerjakan selanjutnya.

 

“Hal bernilai apa yang sudah dikerjakan? Hal bernilai apa yang akan dikerjakan selanjutnya?”

 

Friday, 11 November 2022

#SeparuhRenungan, Bagian 2 (Hidup untuk Mati)


Sesuai judulnya, pernahkah kalian berpikir kalau kita hidup di dunia ini untuk mati?

Kita semua tahu bahwa hidup kita di dunia hanya sementara dan nantinya pasti kematian akan menjadi tujuan akhir dari kehidupan kita di dunia. Selayaknya hidup dan mati, segala sesuatu di dunia ini diciptakan berpasang-pasangan. Baik dengan buruk, cepat dengan lambat, gelap dengan terang dan sebagainya.

Ketika kita tahu bahwa kita hidup untuk mati, lalu apa selanjutnya? Apakah kita hanya merenungi saja tanpa melakukan apapun? Atau justru kita mencoba dengan sebaik mungkin menjadi versi terbaik dari diri kita dalam hal apapun tanpa menghiraukan kapan kita akan mati. Ketika menjadi “luar biasa” atau “lebih baik” adalah sebuah pilihan yang bisa diupayakan, tentunya menjadi “baik” saja bukanlah pilihan yang terbaik.

Pilihan ada di tangan kita masing-masing, Ingin jadi apa kita di dunia ? Ingin dikenal seperti apa kita di dunia? Ingin meninggalkan apa kita di dunia? Jawabannya ada di kita. Tinggal bagaimana eksekusi kita dalam mencapai keinginan tersebut. Sebisa mungkin, jangan sampai kita meninggalkan dunia tanpa berarti apa-apa. Lebih-lebih malah meninggalkan keburukan. Jangan.

Sering sekali aku berpikir, “Apakah aku sudah cukup berarti ya hidup di dunia ini? Terlepas berbagai kekuranganku, kok sepertinya masih banyak yang harus ditunaikan”. Ketika aku berhenti mencoba, di situ aku merasa “Masa kemampuanku Cuma segini saja ya”,  selalu merasa kurang dengan apa yang kuperbuat. Syukur memang perlu, tapi merasa kurang untuk bisa melakukan yang terbaik menurutku lebih penting. Sepertinya aku merasa bersalah kalau menganggur tanpa melakukan apapun.

Thursday, 13 October 2022

#SeparuhRenungan, Bagian 1 (Paksaan)



Hai semuanya, semoga kalian selalu dalam keadaan baik ya.

Lama sekali aku tidak menulis di blog ini, sepertinya satu tahun sejak perilisan buku, atau malah sepertinya lebih ya. Tulisan kali ini dan seterusnya (semoga) akan menjadi seri kedua dari #SedikitRenungan pertama yang sudah rilis sebelumnya. Temanya dinamai dengan #SeparuhRenungan, harapannya ini jadi monumen kedua dan bentuk pengembangan dari #SedikitRenungan beberapa waktu yang lalu. Isinya pun akan kurang lebih sama sekitar pengalaman hidup pribadi yang menurutku punya nilai baik yang bisa diambil di dalamnya.

Banyak sekali hal berubah dalam waktu setahun terakhir ini, pandemi yang perlahan mulai menghilang dan beralih ke era normal yang baru, perkembangan teknologi yang juga sangat pesat dengan internet of thing bahkan internet of people, resesi ekonomi dengan beberapa negara mengalami kebangkrutan dan inflasi hebat, dinamika politik maupun geopolitik yang dipuncaki dengan perang. Seakan peristiwa penting “berkumpul” dalam satu periode. Semua itu mau tidak mau harus kita hadapi dengan “terpaksa”. Kita tidak bisa berbuat banyak hal untuk mengubah semua itu, terjadi-terjadilah.

Begitu pun aku, mungkin juga kalian, dari mulai aku yang juga semakin menentukan arah hidup ingin kemana yang tentunya juga semakin mengaktualisasi diriku, sampai hal-hal dalam hidupku yang harus ditentukan oleh orang lain yang memang harus terlibat di dalamnya. Kadang aku merasa hidupku ditentukan oleh waktu dan orang lain. Waktu menentukan masa, waktu menentukan proses. Tapi ya itulah cara kerja hidup.

Popular Posts