Ceu Umar adalah wanita yang sudah berusia lanjut sekitar, mungkin sudah menginjak usia 60an, beliau hidup satu rumah bersama kedua orang tuanya di daerah Kemuning, Cikampek, sehingga satu rumah berisi 3 orang. Beliau menghidupi keluarga sendirian setelah bercerai dengan suaminya. Ceu Umar mempunyai seorang anak perempuan yang tinggal bersama suaminya di Karawang sana. Praktis Ceu Umar hanya hidup bertiga dengan orang tuanya dan Ceu Umar mau tidak mau harus menjadi tulang punggung keluarga untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Jadi waktu itu saya
sedang ada training kerja di Cikampek pada bulan September-Oktober. Itu
adalah saat kali pertama saya ketemu dengan Ceu Umar, Waktu
itu hari Jumat, saya Jumatan di salah satu masjid dan bertemu
dengan beliau. Waktu itu beliau berjualan gorengan, ada tahu goreng,
cireng, rempah, dan ada aneka jajanan lainnya. Beliau
menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang keluar dari masjid satu per satu.
Sesekali Ceu Umar menawarkan dengan senyum dan canda, berharap gorengannya ada
yang terjual. Waktu pertama kali saya hanya mengamati dari kejauhan dan
bergumam dalam hati “Kasihannya ibu itu” pikirku.
Jumat minggu berikutnya
saya masih Sholat Jumat di masjid yang sama. Selesai sholat saya melihat Ceu
Umar lagi, sedang berjualan di depan masjid sambil
menawarkan jualangorengannya.. Waktu itu saya
hampiri beliau dan membeli dagangannya, sambil menanyakan keseharian Ceu Umar
waktu itu. Beliau bercerita dia berjalan dari rumahnya ke masjid untuk bisa
berjualan ke sini, jaraknya lumayan jauh sekitar 1 Km. Beliau bilang
kadang-kadang mendapatkan tumpangan dari orang-orang untuk berangkat ataupun
pulangnya. Aku bayangkan dengan usia yang sudah
lanjut dan harus berjalan kaki jauh betapa beratnya pikirku.
Waktu itu saya
sekaligus bertanya alamat rumah Ceu Umar dan nomor handphone beliau dengan
niatan barangkali bisa berkunjung dan memberikan bantuan dengan membuatkan beliau crowdfunding, yang akhirnya
baru terealisasi ini. Beliau ternyata tdak punya handphone, yang mempunyai handphone adalah anaknya dan saya diberi nomor handphone anaknya waktu
itu.
“Ini mas nomor
handphone anak saya. Saya tidak bisa pakai hape.” Kata Ceu Umar sambil
tersenyum
Setelah saya dapat
nomor handphonenya, malamnya saya coba hubungi nomor itu. Saya coba SMS,
telfon, dan chat ternyata nomor tersebut tidak aktif. Tak lama setelah itu saya harus pindah tempat training saya ke Gresik.
Niat untuk bisa main ke rumah Ceu Umar pun belum terlaksana waktu itu.
2,5 bulan berlalu training di Gresik dan saya kembali lagi ke
Cikampek, tempat training kerja sebelumnya, bulan Desember-Maret kemarin.
Karena sudah hafal dengan kawasan sekitar,
saya lebih enjoy menikmati training kerja kali ini. Tibalah waktu itu
hari Jumat, saya melaksanakan Sholat Jumat di masjid yang sama tempat
saya biasanya waktu itu. Selesai sholat saya lihat Ceu Umar masih berjualan di
parkiran masjid dan menawarkan gorengannya kepada orang-orang yang selesai
sholat Jumat dengan senyumnya. “Syukurlah Ceu Umar masih sehat” pikirku waktu
itu lega.
Pernah suatu waktu saya
sedang makan di kantin depan masjid dan melihat Ceu Umar sedang kesana kemarin bantu-bantu
di salah satu warung mengantarkan minuman orang-orang yang memesan. Saya tidak
tahu apakah Ceu Emar di situ hanya sekedar membantu atau
ada upah yang didapat karena hasil membantu mengantarkan pelanggan. Pun kalau
Ceu Emar mendapatkan upah mengantarkan minuman pasti jumlahnya tidak seberapa. Melihat kejadian itu saya berpikiran kalau Ceu Umar ini memang melakukan cara
apapun demi mencukupi kebutuhannya dan orang tuanya dengan cara yang halal pastinya.
Waktu berlalu dan suatu
waktu saya sedang dalam perjalanan pulang ke wisma dengan dibonceng teman satu
kantor, Pak Wahyu. Kami berhenti sebentar untuk mengambil uang di ATM. Sedikit
kaget saya waktu itu melihat Ceu Umar sedang berada di dekat ATM, karena letak
masjid dengan lokasi ATM berjauhan jika berjalan kaki. Langsung saya hampiri
Ceu Umar dan ngobrol dengan beliau.
![]() |
Pak Wahyu membeli gorengan Ceu Emar |
Saya tanya-tanya lebih
dalam tentang beliau. Ternyata beliau menjual gorengan milik orang lain, jadi gorengan yang beliau jual itu merupakan barang
dagangan orang lain dan Ceu Emar hanya mengambil
keuntungan Rp200 perak per bijinya ! Ceu Umar bilang biasanya hanya mendapat
uang 40-50 ribu setiap harinya, itu pun jika terjual habis. Saya sedikit kaget
mendengarnya karena Ceu Umar hidup dengan kedua orang tuanya, bagaimana mereka
bisa makan dengan layak dengan uang sesedikit itu.
Saya tanya “Dengan uang
segitu memangnya cukup ya bu?”
Ceu Umar bilang “Ya
dicukup-cukupin mas, kadang-kadang masak sayur buat bertiga” beliau
mengakhirinya dengan senyuman
Dari situ saya menjadi
tahu kalau Ceu Umar hidup sendiri dengan banyak kekurangan, bahkan untuk makan
sehari-hari. Dan dari situ juga saya juga lebih terdorong untuk membantu Ceu
Umar.
Melihat saya sedang
ngobrol dengan Ceu Umar, Pak Wahyu menghampiri kami dan membeli gorengan
terakhir Ceu Umar yang tersisa 10 biji waktu itu. Ceu Umar terlihat senang
dagangannya bisa terjual habis, saya pun juga senang melihat beliau bahagia. Pada
waktu itu saya sekaligus meminta foto Ceu Umar dengan meminta izin sebelumnya dan
akhirnya saya buatkan tulisan ini.
Bantuan ini akan saya
salulrkan melalui teman saya yang sedang bekerja di Cikampek untuk nantinya
disampaikan langsung kepada Ceu Umar. Semoga teman-teman semua bisa tergugah dengan
apa yang saya tulis dan muncul niatan untuk membantu Ceu Umar. Semoga kebaikan
teman-teman dibalas nantinya oleh Allah SWT. Ayo #orangbaik, mari kita bantu
Ceu Umar!
Caranya gampang sekali, temen-temen tinggal kunjungi aja kitabisa.com/makanuntukceuemar dan klik "Donasi Sekarang". Bantuan temen-temen saya yakin bisa membantu Ceu Emar meskipun sedikit. Sampai jumpa #orangbaik !
![]() |
Ceu Emar dengan jualan gorengannya |
No comments:
Post a Comment