Atau kita coba
mundur dulu dari pertanyaan mendasarnya, pentingkah kita
mempunyai nilai dalam hidup kita? Jangan-jangan tidak. Untuk apa?
Tapi jika kita selama ini tidak bernilai untuk apa kita hidup selama ini
tapi tidak menghasilkan atau memberikan apa-apa?
Pertanyaan-pertanyaan itu sering mengganggu dan muncul tiba-tiba hingga membuat termenung sejenak. Apalagi jika sewaktu sendiri dan Ketika sedang mendengarkan orang lain secara tidak sengaja lalu kita tertohok dengan beberapa perkataan yang sebetulnya tidak ditujukan kepada kita. Pun Ketika sedang mendengarkan podcast atau membaca buku yang bertema self improvement lalu membuat kita terdiam kemudian menutup buku lalu kemudian kita mengingat sesuatu yang penting dan menulis hal-hal apa yang akan dikerjakan selanjutnya.
“Hal bernilai apa
yang sudah dikerjakan? Hal bernilai apa yang akan dikerjakan selanjutnya?”
Aku pun punya to-do list yang aku
kelompokkan ke dalam tiga bagian seperti jangka pendek, menengah, hingga
panjang. Banyak dari daftar tersebut yang belum berjalan dan ternyata itu
mengganggu. Angan-angan banyak sekali, setiap tahu sesuatu yang menurut kita
baik aku menambahkan checkbox baru dalam catatan. Bukannya semakin
banyak banyak yang ter-checklist tapi justru menambah checkbox
yang baru. Kalau dipikir-pikir jika dilihat dari sisi ini, ternyata banyak hal
yang belum aku tunaikan. Jangan-jangan memang selama ini aku kurang fokus untuk
mengejar “checklist bernilai” tersebut. Pertanyaan lanjutannya, lalu kapan
akan aku tunaikan?
Lagi-lagi karena kita hidup di dunia, setiap sesuatu akan selalu coba
diukur untuk memudahkan dalam penilaian, terkuantifikasi. Atas atau bawah.
Tinggi atau rendah. Gagal atau berhasil. Secara umum nilai yang dimaksud coba
kita klasifikasikan menjadi kegagalan atau keberhasilan supaya jelas yang mana
yang bernilai lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.
Apakah nilai seseorang ditentukan dengan parameter keberhasilan dan
kegagalan? Mungkin bisa iya, juga bisa tidak. Bolehkah kita memilih berada di
Tengah?
Mungkin untuk mempermudah dalam menilai hal tersebut kita bisa
sederhanakan tiap peristiwa dari hidup kita menjadi bagian-bagian kecil dengan
masing-masing nilainya. Masing-masing bidang dengan nilainya masing-masing.
Sebelum kita mengenal sekolah mungkin kita belum tahu mana yang Namanya
baik dan buruk. Sewaktu kita sekolah kita mulai mengenal apa itu yang dimaksud
dengan nilai. Setiap mata Pelajaran, ujian, bahkan sikap pun ada nilainya. Ada
nilai buruk dan nilai yang baik. Matematika punya nilainya sendiri, Biologi
punya nilainya sendiri, begitu pun seterusnya setiap bidang dengan nilainya
sendiri. Setiap murid berupaya mengejar nilai yang baik dalam setiap mata
pelajaran dalam rangka mendapatkan ranking yang baik agar bisa naik
kelas. Aku kira tidak ada yang dengan sengaja menggagalkan dirinya sendiri. Sepertinya
tidak ada yang mencoba meraih kegagalan bukan? Tapi apakah mungkin kita bisa berhasil dalam setiap bidang? Itu baru
pertanyaan.
Nah, dari situ kita coba Tarik benang merahnya. Jangan-jangan Ketika
kita sudah mendapatkan nilai yang baik, kita bisa meng-upgrade diri kita
sama seperti waktu kita dulu naik kelas dari jenjang satu ke jenjang selanjutnya.
Jangan-jangan saat nilai kita baik, kita bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih advanced, untuk mendapatkan
pengalaman yang lebih lanjut, untuk menjadi lebih bernilai dibandingkan
sebelumnya.
Bisa jadi karena kita terbawa pengaruh nilai tersebut kita jadi tahu apa
itu kegagalan dan keberhasilan. Ketika nilai mata Pelajaran kita jelek artinya
kegagalan, Ketika nilanya baik maka artinya keberhasilan. Mungkin yang membuat
kita seperti sekarang salah satu adalah kegagalan. Kegagalan membuat kita
belajar. Kegagalan membuat kita bijaksana. Kegagalan membuat kita tahu rasanya
keberhasilan. Itulah bagaimana hidup bekerja. Keberhasilan tidak aka nada kalua
tidak ada kegagalan
Tapi apakah kegagalan itu perlu?
Jika memang tanpa kegagalan kita bisa langsung mendapatkan keberhasilan,
itu keren. Karena cerita dan cara setiap orang pasti berbeda. Belum tentu cara
yang sama akan bekerja pada orang yang berbeda. Pun belum tentu cara yang sama
pada orang yang sama akan bekerja pada kesempatan selanjutnya. Ini bukan hanya
soal 1+1=2. Cara yang benar akan bekerja secara eksponensial secara berkali-kali
lipat. Cara yang salah mungkin akan menghasilkan nilai yang bahkan lebih
rendah daripada 0.
Tapi apapun itu, kegagalan membuat diri kita semakin bernilai. Anggap
saja kegagalan sebagai biaya atas kita melakukan sesuatu dan akan menjadi lebih
baik lagi pada kesempatan berikutnya, bukan sebagai sebuah kerugian. Kegagalan
adalah pembelajaran yang memang ada biayanya, maka kita tidak akan merasa rugi
atas kegagalan tersebut. Ketika kita merasa rugi atas kegagalan yang kita
dapat, kita tidak akan mencoba lagi sesuatu tersebut karena kita menganggap
hanya akan merugikan. Padahal mungkin karena memang belum saatnya saja kita
mendapatkan keberhasilan. Hanya caranya yang kurang tepat.
Salah satu cara untuk meminimalisasi terjadinya kegagalan atau sesuatu
yang buruk dalam hidup kita adalah dengan mengelilingi diri kita dengan orang
yang tepat. Orang yang tepat dalam sekeliling kita akan menutup kekurangan
kita, blind spot yang ada dalam diri kita juga akan mencoba
ditutupi oleh orang yang tepat tersebut. Orang yang tepat akan mengambil peran
konstruktif dalam hidup kita, memperbaiki hidup kita lebih baik lagi. Karena
nilai dalam diri kita bisa saja karena adanya pengaruh dari luar.
Mengelilingi diri kita dengan orang yang salah bisa menjadi sebuah
kegagalan yang membutuhkan biaya yang besar untuk memperbaiki atau
mengembalikannya. Jika hanya biaya material saja mungkin bisa merestorasinya
lagi dengan mudah dan cepat. Cukup menggantinya dengan material lain, beres.
Tapi jika soal orang yang ada di sekeliling kita secara sosial sudah melekat
dalam diri kita maka akan membutuhkan waktu, upaya, dan mungkin material yang
sulit terukur. Jenis biayanya pun berbeda dengan kerugian material, mungkin
bisa terukur bisa juga tidak.
Tetap belajar. Terus belajar membuat
kita semakin sedikit demi sedikit menemukan cara yang tepat untuk meraih nilai.
Tanpa belajar kita akan menjalankan cara-cara yang selama ini mungkin kurang
tepat atau bahkan tidak bekerja. Selanjutnya justru membuat kita malas akan
meneruskan apa yang sudah dikerjakan selanjutnya. Belajar akan mengurangi
persentase kegagalan yang mungkin akan terjadi di kemudian hari.
Sekolah juga begitu, ketika akan
ujian pasti kita akan belajar terlebih dahulu malamnya, atau bahkan mungkin
beberapa hari sebelumnya. Lebih baik kita merencanakan sesuatu dengan belajar
sebelum sesuatu yang buruk terjadi. Jangan merencanakan kegagalan yang kita
sudah tahu kemungkinan besar akan terjadi ketika kita tidak belajar.
Dengan belajar kita bisa mempercepat
proses pencapaian nilai dan memperkaya apa yang akan kita capai nantinya. Bisa jadi
ada cara baru untuk mencapai suatu hal. Belajar beberapa bidang yang mungkin
akan supportif dengan tujuan kita dan membuat pencapaian yang kita tetapkan melebihi
apa yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ini juga bisa menjadi motivasi tambahan
untuk milestone selanjutnya. Belajar itu bukan soal kita menghabiskan
waktu, tapi soal kita menginvestasikan waktu.
“The
more that we know, the more we know that we don’t”
Hal lain adalah focus dengan pertimbangan realistis waktu
yang ada untuk mencapai keberhasilan yang kita inginkan. Setiap diri kita
mempunyai waktu masing-masing yang mungkin sudah terjadwalkan secara rutinnya
untuk mengerjakan sesuatu. Mungkin tidak harus seperti waktu kita sekolah dulu
dengan selalu berupaya mengejar nilai yang baik dalam semua bidang. Oke itu
bagus. Tapi apakah kita akan selamanya bisa seperti itu? Kita punya waktu,
terbatas.
Sekolah saja memberikan Batasan dalam setiap bidang dan
jenjangnya. Satu bidang untuk satu jenjang. Satu mata kuliah untuk satu
semester. Artinya kita sewaktu sekolah diberikan waktu untuk bisa berhasil
dalam mata kuliah tersebut dalam kurun waktu satu semester saja, Jika tidak,
kita akan gagal dan mengulang.
Hidup kita pun juga harus begitu. Spesifikkan nilai apa
yang ingin kita dapatkan keberhasilan dan dalam jangka waktu berapa lama. Jangan
sampai selamanya. Tidak ada yang tahu selamanya. Buat milestone ringan
dalam setiap kesempatan agar setiap progress yang coba ingin kita raih
dapat terdokumentasikan dengan baik. Biasanya kita juga mendapatkan
motivasi lebih ketika berhasil mencapai titik tertentu yang sudah kita
tetapkan.
Kita ingin pada bidang apa kita mendapatkan nilai
keberhasilan?
Orang yang baik, oke itu pilihan yang bagus. Itu terlalu
umum. Semua orang ingin menjadi orang yang baik. Tapi orang yang baik dalam hal
apa, dan dalam waktu berapa lama kita akan mencapai nilai orang yang baik itu. Jangan
membuat rencana yang membuat diri kita sendiri bingung ketika harus memulai dan
mengakhirinya.
Kita ingin sebernilai apa, pilihan
itu ada di tangan kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment