Thursday 7 February 2019

#SedikitRenungan, Bagian 2 (Yang Terbaik dari Yang Terbaik)


Mungkin tulisan kali ini terkesan “semua orang juga tahu”, namun saya lihat masih banyak di luar sana yang ternyata “belum semua orang tahu”. Ya saya harap semoga bisa bermanfaat bagi para pembacanya.

“Yang Terbaik”, sebuah frasa yang sering terdengar atau terucap saat kita sedang menunggu sebuah hasil akan apa yang telah kita usahakan dan harap-harap baik akan hasil tersebut. Definisi yang sebagian orang masih menganggapnya sebagai sebuah hal sepele namun sebenarnya bukan hanya sekedar kata. “Yang terbaik” adalah sebuah perspektif.


Cerita berikut masih relate dengan Bagian 1 dan saya dapatkan dan paling terasa ketika sedang menuju bangku perkuliahan atau sewaktu kelas 12 SMA. Tentu saja sebagai pelajar SMA pada umumnya menginginkan bisa lolos seleksi perguruan tinggi negeri, selain menjadi kebanggaan bagi diri sendiri dan pasti menjadi kebanggaan orang tua. Waktu itu saya kurang sadar betapa kurangnya usaha yang telah saya lakukan selama 3 tahun masa belajar. Alhasil sewaktu hasil diumumkan pun perasaan belum bisa menerima dengan baik. Seiring berjalannya waktu kekecewaan tersebut surut dan pembelajaran tersebut pun saya peroleh.

Saya yakin banyak sekali kejadian dimana orang-orang tidak bisa menerima hasil, kasusnya tidak hanya terjadi pada waktu saat memilih sekolah. Mungkin yang dekat dengan kehidupan sehari-hari kita misalnya hasil cek kesehatan, hasil kompetisi, dan nilai mata kuliah/pelajaran. Jika kita tidak membuka mata, maka kita akan memandang bahwa kita pantas untuk mendapatkan hasil lebih baik dari itu dan sesumbar bahwa kita merasa lebih berhak mendapatkannya dibanding orang lain. Terkadang kita menilai sebuah hal tanpa melihat ke belakang bahwa usaha apa yang telah kita perbuat apakah sudah maksimal? Kesalahan apa yang kita lakukan? dan faktor lainnya. Karena semua hal tersebut berhubungan dan bisa jadi menghambat hasil yang akan kita peroleh.

Yang kita anggap terbaik belum tentu terbaik menurut Tuhan, namun “yang terbaik” menurut Tuhan sudah pasti yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu kita perlu memosisikan perspektif kita agar selalu mengerti maksud Tuhan. Maka dari itu ada ungkapan “99% usaha dan 1% doa”, karena memang segala sesuatunya kembali ke Tuhan, keputusan apapun. Sebesar apapun usaha yang kita lakukan, namun jika memang Tuhan menghendaki “tidak” maka memang itu jalan terbaik yang ditunjukkan Tuhan kepada kita. Bukan berarti kita bisa tidak berusaha semaksimal mungkin setelah hal buruk tersebut dan berpikiran “wong kemarin sudah pernah coba kok, buat apa coba lagi”. Itu adalah bentuk ujian dari Tuhan bahwa kita dituntut untuk selalu berusaha, karena kegagalan yang sesungguhnya adalah dimana saat kita berhenti berusaha. Tidak ada yang bisa mengubah nasib seseorang selain dirinya sendiri.

Usaha dan hasil sejatinya bukan hanya urusan sesama manusia, memang benar manusialah yang memutuskan di dunia. Di samping itu, sebenarnya manusia hanya sebagai perantara yang Tuhan titahkan melalui manusia. Jika memang hasilnya memang belum sesuai dengan yang kita inginkan, berarti memang itu yang terbaik dan kita harus terus mencoba. Memang terkadang diperlukan kedewasaan dalam menerima hasil yang tidak sesuai dengan harapan. Menurut saya, “yang terbaik adalah dimana saat kita menerima hasil yang sudah kita dapatkan dengan lapang dada dan bukan menyalahkan apapun atau siapapun atas. Keep working for the best result, because it works !

Sekian Bagian 2 kali ini, semoga bermanfaat. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya !

No comments:

Post a Comment

Popular Posts