Monday 11 February 2019

#SedikitRenungan, Bagian 3 (Menciptakan Keadilan)


Cerita kali ini sedikit banyak masih berkaitan dengan Bagian sebelumnya. Pelajaran ini baru benar-benar saya sadari ketika merasakan dua sisi, yakni menjadi anggota sebuah kelompok dan juga menjadi pemimpin pada sebuah kelompok. Sebenarnya sangat dimungkinkan kasus-kasus serupa pasti dirasakan oleh semua ketika berkegiatan sehari-hari. Apalagi di Indonesia sekarang sedang masa politis dan pasti banyak sekali perbedaan pendapat.

Waktu itu saya diamanahkan untuk menjadi sebuah ketua acara dan diharuskan membuat sebuah keputusan, tentu saja saya mengumpulkan beberapa informasi terkait keputusan yang diambil dan berpikir bahwasanya ini merupakan keputusan yang terbaik. Tidak terpikirkan bahwa akan ada yang membantah atau tidak setuju dengan keputusan telah saya buat, namun ternyata saat penyampaian ada saja beberapa orang yang tidak setuju. Sebagai pengambil keputusan sudah pasti saya harus menampung segala aspirasi yang masuk untuk kemudian menjadi evaluasi pada pembuatan keputusan selanjutnya. Besoknya keputusan berhasil diambil entah masih ada beberapa pihak yang belum terpuaskan namun tidak menyuarakannya atau tidak.


Suatu waktu saya menjadi staff pada sebuah acara dan waktu itu saya mendengarkan sebuah hasil rapat yang sudah dipertimbangkan beberapa hari sebelumnya. Saya merasa keputusan tersebut sudah bagus dan tidak perlu adanya evaluasi. Namun masih saja ada beberapa orang yang kurang berkenan dan meminta untuk adanya tambahan “ini dan itu” untuk membuat keputusan lebih baik lagi. Akhirnya keputusan harus pending­ untuk beberapa hari ke depan dan keesokannya keputusan harus tetap diambil karena terbatasnya waktu maka hasil terakhir adalah yang dijalankan, meskipun jika disampaikan ke dalam forum lagi entah masih ada yang keberatan atau tidak.

Sejak itu saya kian sadar betapa mustahilnya sebuah keadilan jika semua orang merasa tidak terima atas keputusan yang telah dibuat pemimpinnya kepada anggotanya, betapa bingungnya seorang pemimpin yang telah berpikir dengan keras atas keputusan tersebut. Satu saja dari sekian banyaknya anggota yang tidak terima atas keputusan yang dibuat akan membuat keputusan berubah dan mungkin justru setelah keputusan tersebut diubah akan merugikan pihak yang lainnya di kala pihak yang satu sudah merasa adil. Lalu bagaimana caranya keputusan tersebut bisa adil?

Menurut saya, keadilan akan menjadi adil jika antara pemimpin dan anggotanya benar-benar mempunyai maksud dan tujuan yang baik. Pemimpin harus bermaksud untuk memberikan yang terbaik bagi kelangsungan sebuah kelompok tanpa berniat jelek ingin mengambil untung ataupun merugikan salah satu pihak. Anggota pun juga demikian, mereka juga harus selalu berbaik sangka kepada pemimpinnya dan menerima segala keputusan yang dibuat karena mereka telah memilih bersama pemimpin tersebut. Betapa beratnya seorang pemimpin yang harus memikirkan dan mempertimbangkan segala sesuatunya agar keputusan yang dibuat adalah keputusan yang terbaik dan sesuai bagi semuanya. Betapa beratnya seorang anggota yang harus selalu menjaga kepercayaan terhadap pemimpinnya dan menerima segala sesuatunya dengan sikap positif.

Akan menjadi sebuah kesalahan pula bagi seorang pemimpin menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan untuk sesuatu yang tidak baik. Yang benar adalah selalu berharap dan berdoa yang terbaik atas keputusan yang akan dibuat dan memberikan kemakmuran bagi semuanya. Akan menjadi sebuah kesalahan bagi seorang anggota jika kita berburuk sangka atas keputusan yang telah dibuat dan berpikiran yang tidak-tidak. Yang benar adalah kita harus mengingatkan dan membangun bersama menuju kebaikan. Gejolak pasti ada, namun yang diperlukan adalah bagaimana kita menyikapinya dengan cara yang baik dan justru bukan dengan memperbanyak gejolak yang ada.

Tidak ada keadilan yang mutlak dan terbilang 50% - 50% jika persoalan tersebut menyangkut masalah sosial, karena semua hal tersebut bersifat tak ternilai (kualitatif) dan akan sangat sulit untuk diukur, apalagi tiap orang mempunyai preferensi dan pandangan yang berbeda-beda. Berbeda hal jika sebuah keputusan menyangkut sesuatu yang bersifat ternilai (kuantitatif), maka persoalan tersebut cukup dibagi sesuai dengan jumlah anggota yang ada maka urusan tersebut akan selesai dengan adil. Bukan berarti kita sebagai anggota selalu menerima semua keputusan dengan tangan terbuka, jika keputusan yang dibuat sudah menyimpang, hendaknya kita bersama-sama saling mengingatkan dengan cara yang baik. Jangan sampai mendebat sebuah keputusan hanya untuk show off  atau agar menguntungkan kelompok tertentu atau bahkan untuk memperburuk situasi.

Maka dari itu, hormatilah keputusan setiap pemimpin begitu pun pemimpin juga harus selalu menghargai keberadaan anggotanya jangan sampai merugikan, terlebih jika hanya menguntungkan golongan tertentu dan merugikan golongan yang lain baik pemimpin maupun anggotanya. Keadilan bukanlah kesemuan, kesemuan hanyalah milik orang-orang yang tidak berpendirian. Jika kepercayaan bisa ditegakkan, keadilan akan menjadi sebuah kenyataan yang menyenangkan. Justice is real and it’s our responsibility, if we do things right, together we’ll make it happen !

No comments:

Post a Comment

Popular Posts