Sunday 17 February 2019

#SedikitRenungan, Bagian 4 (Bersikap Asertif)


Pernahkah kalian merasa tidak enak untuk menolak ajakan orang lain? Atau berusaha mengungkapkan yang sebenarnya namun tidak berani atau sungkan? Atau sulit menemukan kata yang tepat untuk menolak ajakan orang lain dan pada akhirnya ikut ajakan tersebut dengan terpaksa? Bagian kali ini bercerita fenomena yang mudah sekali ditemui di masyarakat, entah mereka sadar atau tidak mereka sebenarnya sedang melakukan hal tersebut, terkait dengan ajakan. Perilaku tersebut dinamai dengan sikap asertif.

Asertif adalah berani bersikap jujur dan terus terang apa yang dirasakan kepada orang lain. Asertif berlawanan dengan sungkan, yakni cenderung memikirkan perasaan orang lain saat akan bertindak. Sebenarnya tidak ada masalah dengan kedua sikap tersebut, keduanya sama-sama bagus, hanya saja penyampaiannya pada timing dan cara yang yang benar agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan lawan bicara. Terkadang saya kepikiran betapa seringnya saya pribadi bersikap demikian kepada orang lain.


Pada kasus ini, saya mengambil contoh sederhana. Paling gampang adalah dimana kita diajak oleh keluarga, saudara, atau teman dekat. Sudah jelas kita pasti akan merasa tidak enak untuk menolak ajakan itu karena sudah ada kedekatan emosional dan akhirnya kita menerima ajakan tersebut tanpa pikir panjang. Padahal kita harus memikirkan dulu mengingat jika kita memiliki kesibukan lain yang mungkin lebih urgent. Akhirnya kita mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan orang lain.

Di satu sisi jika kita sering menolak ajakan orang lain pasti akan timbul kikuk setiap kali berinteraksi pada orang tersebut dan lama-kelamaan justru bertambah sering dan tidak pernah menerima kembali ajakan orang tersebut. Hal tersebut lumrah terjadi pada psikologis seseorang, namun sebenarnya kebanyakan ketakutan tersebut tidak terbukti. Ketakutan tersebut antara lain takut dijauhi orang lain, dicap kurang bersosial, anti sosial, dan sebagainya. Namun namanya juga manusia, mau tidak mau, suka tidak suka, ya harus tetap bersosialisasi.

Orang belum banyak menyadari mungkin sebenarnya selama ini mereka bersikap kurang asertif atau bahkan tidak asertif, ya itu yang dinamakan sungkan. Hal itu karena merasa tidak enak untuk berkata tidak kepada orang lain dan memilih menjadi seorang “yes man”. Berkata “ya” pada setiap ajakan dan mengikuti segala kemauan orang lain tanpa melihat ke dalam hati apa yang sebenarnya diinginkan atau diperlukan. Bahkan sampai ada filmnya, berjudul “Yes Man” yang diperankan Jim Carrey (bukan berniat promosi). Sebenarnya tidak ada masalah dengan bersikap sungkan, yang menjadi masalah adalah saat kita bersikap sungkan kepada orang lain yang berujung merugikan diri sendiri atau bahkan merugikan orang lain saat kita menerima ajakan tersebut. Sungkan pun adalah sikap yang baik jika diungkapkan pada tempatnya.

Asertif juga penting, kita dituntut buat selalu jujur pada diri sendiri yaitu pada apa yang seharusnya kita lakukan sesuai dengan apa yang kita perlukan atau inginkan. Jangan sampai kita meninggalkan apa yang pokok dan justru melakukan hal lain yang akhirnya berakhir kurang baik yang berujung penyesalan. Namun kita juga perlu menyesuaikan tingkat asertivitas, jangan sampai terlalu berat pada diri sendiri sehingga lupa untuk menerima pentingnya ajakan orang lain, padahal sebetulnya keinginan atau keperluan kita tersebut masih bisa ditangguhkan. Harus pandai-pandai dalam menyusun prioritas dan waktu adalah kuncinya. Sebagai orang yang diajak kita harus pandai dalam mempertimbangkan, siap untuk menerima ajakan, pun siap untuk menolak ajakan. Sebagai pengajak, kita juga harus menerima apapun jawaban dari orang yang diajak, ya atau tidak, itu tetap hak mereka dan harus menghormati apapun jawabannya.

Cobalah untuk selalu mempertimbangkan ajakan orang lain dengan melihat preferensi dan kesesuaian yang ada pada diri sendiri. Lalu putuskan dan sampaikan dengan cara yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman atau bahkan berujung pada prasangka buruk. Setelah keputusan diambil jangan lagi melihat ke belakang, terima keputusan tersebut dengan baik dan jangan ada penyesalan, every choice has its own risk. Jangan sampai ada prasangka dan sesuatu yang tidak baik satu sama lain, baik bagi pengajak maupun yang diajak. Wiseman are those who know where and when they have to show their true intentions.

Sampai ketemu di post selanjutnya !

5 comments:

  1. Sangat bermanfaat buat aku mudah2han kedepan bisa lebih baik aminn...

    ReplyDelete
  2. sik nubi Ke, tahap belajar haha. semoga bermanfaat ya

    ReplyDelete

Popular Posts