Maaf sekali lagi terlambat untuk post, ada beberapa agenda yang ga
bisa ditinggalkan dan baru bisa buka laptop.
Oke, sudah saya bahas pada post sebelumnya bahwa ada disiplin baik dan disiplin buruk. Review lagi, perlu diketahui disiplin
adalah kebiasaan atau aktivitas yang sudah tertanam dalam alam bawah sadar dan
jika tidak melakukannya akan terasa seperti ada yang kurang. Mungkin disiplin bisa
diartikan sebagai taraf menengah sebelum memasuki taraf selanjutnya, yakni ketagihan. Kalau ketagihan, yang terjadi
adalah jika seseorang tidak melakukan aktivitas nagih tersebut ia akan berusaha dengan cara apa pun untuk merealisasikan
perbuatannya.
Disiplin buruk terjadi saat seseorang memberatkan
urusan yang kurang urgent atau bahkan
buruk di tengah urusan yang semestinya dilakukan dan secara terus menerus. Tapi
meskipun demikian, sebenarnya dalam batinnya masih ada dorongan baik untuk
berbuat yang benar, yaitu dorongan dari nurani. Besarnya dorongan tersebut tergantung
dari seseorang, besarnya akan semakin mengecil jika disiplin buruk seseorang sudah
berlangsung lama. Nurani berkaitan dengan dorongan atau niat baik seseorang. Seburuk apa pun orang, seburuk apa pun perbuatan,
pasti masih ada nurani yang berkata sebaliknya untuk meluruskan. Tinggal bagaimana
orang tersebut menyikapi nurani yang ada dalam dirinya. Ibaratnya seperti reminder dalam tubuh yang selalu mengarahkan
kepada hal yang baik.
Saya juga pernah yang namanya melakukan hal-hal yang kurang
baik. Konkretnya, saat saya SD dulu, mungkin teman-teman yang lain juga banyak mengalami,
jadi pada waktu itu ada ujian sekolah dan saya kurang persiapan, karena pada
waktu itu tren menyontek sangat fancy
betul dan kalau tidak ikut-ikutan seperti ketinggalan mode, alhasil mulailah saya
dan keterusan sampai waktu yang cukup
lama. Alhasil terciptalah disiplin buruk saya, yakni menyontek.
Namun lama kelamaan reminder (baca:
nurani) mulai berbisik bahwa hal tersebut kurang benar dan seharusnya tidak dilakukan,
“kalo saya nyontek terus, lantas apa bedanya
saya dengan orang yang tidak sekolah atau bahkan para koruptor” (ceritanya waktu
itu sedang musim ramai korupsi, kalau tidak ikut-ikutan korupsi sepertinya kurang
menantang dan tidak memicu adrenaline).
Didorong dengan keyakinan baik memang awalnya tidak mudah,
pasti di awal yang namanya nilai ujian jelek menghampiri. Awalnya saya tidak bisa
terima dengan hasilnya, “masa anak yang tidak belajar sama sekali nilainya bisa
lebih bagus”. Ya inilah manusia, kita terkadang terlalu naif memandang sebuah hal
hanya dari sisi yang sempit dan sementara. Toh itu urusan masing-masing, baik-buruknya
seseorang nanti bakal ditanggung masing-masing. Akhirnya saya anggap nilai
jelek tersebut ibarat balasan dari Tuhan karena saya dulu suka nyontek. Singkat waktu, nurani terus setia
menuntun, saya pun setia mendengarkan. Lama-kelamaan saya mulai bisa menerima
dan membiasakannya, sekarang sudah menjadi disiplin baik bahwa belajar merupakan
kewajiban dan segala sesuatu jika bisa dipelajari sebelumnya kenapa tidak
dipersiapkan sedari awal, begitu pikir saya.
Setiap hal baik pun pasti terkadang masih ada hal
buruk yang datang, namun bukan berarti jika kita melakukan hal baik dan tiba-tiba
datang kepada kita sesuatu yang buruk menimpa, justru langsung berburuk sangka dan
berpikiran “Saya berbuat baik, tapi kok ga
pernah ada mujurnya. Mending saya berbuat buruk saja sekalian”. Bedanya adalah sejauh mana kita bisa terus berbuat
baik. Tapi jangan anggap hal baik yang datang setelah kita melakukan hal
buruk adalah bukti baik nyata yang datang. Contohnya nilai baik dari hasil nyontek itu tadi, tidak bisa dikatakan
nilai bagus dari hasil nyontek itu sesuatu
yang baik juga, karena proses dan caranya salah.
Pesannya, jika nurani sudah mulai bicara, dengarkan
dengan baik, maka sebenarnya itu waktu yang tepat untuk berbalik arah dan mulai
memperbaiki. Keep believe in doing GOOD, because in GOOD there is GOD that always show
us the right path !
Sampai di sini dulu, sampai ketemu pada tulisan yang
selanjutnya ! Semoga tidak ada kendala setelah ini.
No comments:
Post a Comment