Ini bukan soal Einstein atau apa, cuma judulnya dibuat agak lain supaya teman-teman kena click bait hehe. Relativitas yang dimaksud adalah relativitas dari setiap orang.
Mungkin
banyak sekali dari kita yang sering ragu-ragu saat melakukan sesuatu, bisa
karena kurang percaya diri terhadap diri sendiri sehingga merasa selalu ada
yang kurang dalam perencanaan atau mencari-cari kekurangan alih-alih agar
keinginan tersebut urung dilakukan, meskipun sebenarnya hanya ketakutan diri
sendiri yang belum tentu terbukti. Atau bisa juga karena kita takut pandangan
orang lain melihat apa yang kita lakukan kurang apik sehingga kita menjadi
tidak percaya diri tentang hal yang akan kita lakukan dikarenakan kita terlalu mengkhawatirkan
pandangan orang lain terhadap apa yang akan kita buat. Nha, kali ini saya coba
bahas tentang pandangan orang lain tersebut.
Saya
kurang tahu istilah yang saya gunakan benar atau salah, tapi relativitas yang
saya maksud di sini adalah tingkat relatif orang dalam memandang suatu hal. Jadi
di dunia ini semua hal dibagi menjadi dua hal, yakni baik atau buruk. Sama, jika
kita berbuat suatu hal dan orang lain memandangnya pasti mereka memiliki
penilaiannya masing-masing, entah mereka bakal berpikiran baik atau buruk. Maksud saya adalah ketika kita memang sudah
berniat untuk melakukan suatu hal dan dirasa hal tersebut tidak menyimpang atau
menyalahi aturan, maka cukup fokus pada hal tersebut dan segera lakukan dengan cara
yang baik tanpa memedulikan apa kata orang lain. Namun juga akan menjadi
salah jika kita terlalu menghiraukan orang lain padahal mungkin ada beberapa
norma atau bagian yang memang perlu menjadi perhatian. Tetap perlu mendengarkan kata orang lain, namun tetap dengan filter yang baik, jangan semua hal didengarkan
karena kita membuat sesuatu bukan untuk memuaskan mereka, cukup seperlunya.
Saya
sendiri tentu pernah mengalaminya, apalagi pas
waktu sedang ramai-ramainya gengsi-gengsian. Waktu itu saya ingat betul jaman
masih SD diminta oleh guru untuk membawa kerajinan tangan dan pasti waktu itu
kita pasti kebingungan ingin membuat apa apalagi waktu itu masih SD, lalu kepikiran “Kalau saya buat ini kira-kira
dengan buatan teman yang lain kalah jelek atau tidak ya” namun pada akhirnya
saya tetap membawa hasil karya sendiri, meskipun sewaktu penilaian tetap membanding-bandingkan
dengan hasil karya teman-teman SD saya yang lain dan merasa “Kok punya saya
jelek ya”, lalu akhirnya malu untuk menunjukkan kepada teman-teman yang lain. Padahal
meskipun sebenarnya masih ada juga teman-teman yang mungkin pada waktu itu
menurut saya juga lebih jelek hasil karyanya dari punya saya, namun karena kita
sudah minder duluan dan menutup mata akan
hal tersebut.
Dari
situ saya belajar, pertama, sebenarnya tidak ada masalah jika kita
membanding-bandingkan dengan orang lain, asalkan itu justru meningkatkan motivasi
kita untuk berbuat lebih baik. Kedua, namanya hasil karya pasti ada baik dan
buruk, sama, kalau kata orang “di atas langit masih ada langit”. Ketiga, kita
harus terbuka pemikirannya, tidak melulu kita harus melihat ke atas kalau justru
akan membuat mental kita jatuh. Kita juga perlu melihat ke bawah bahwa ada juga
hasil karya orang lain yang lebih buruk yang mana itu bisa membuat berbesar
hati dan percaya diri, bukan untuk mencaci karya mereka. Asalkan kita sudah
melakukannya dengan upaya yang terbaik.
Memang
kita tidak akan mungkin bisa mengatur relativitas semua orang supaya berpikiran
bahwa apa yang kita lakukan selalu baik, pasti masih saja ada orang yang mungkin
berpikiran buruk, ya namanya netijen.. Ibaratnya
kita memancing di sebuah lautan luas dan kita tidak akan mungkin bisa membuat semua
ikan yang ada di lautan seluas itu memakan umpan yang kita buat, karena setiap
ikan memiliki jenis makanannya masing-masing. Sama seperti tulisan yang
saya buat ini, saya bukannya ingin semua relasi yang saya punya untuk
membacanya, karena pasti setiap orang memiliki preferensinya masing-masing
dalam memilih bacaan.
Terkadang
kita perlu memandang suatu hal bukan dari kemungkinan terburuk, coba mulai berpikir
tentang pendapat orang lain terhadap kemungkinan terbaik apa yang mereka
pikirkan terhadap apa yang kita buat. Terkadang justru seorang pecundang sejati
adalah mereka yang selalu mencari kekurangan orang lain tanpa bisa membuat
karya, hanya menjadi kritikus tanpa bisa mengubah arus. Keep going !
Sampai
jumpa di post selanjutnya !
semangat terus ngeblognya mazz..
ReplyDeletesiap mas, doakan saja semoga bisa terus menebar manfaat dan inspirasi melalui tulisan
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMenarik sekali, perlu saya coba ini..
ReplyDeletekebetulan lagi cara tentang hal ini.
ok mantap sob buat infonya dan salam kenal
ReplyDeletesiap
Deletekeren mas buat infonya dan salam sukses selalu
ReplyDeletebagus bos artikelnya dan menarik
ReplyDeleteterima kasih, semoga bermanfaat. Bisa dibagikan ke relasinya, silahkan
Deletemakasih gan buat infonya dan semoga bermanfaat
ReplyDeletesama-sama, bisa saling berbagi ke relasinya. Semoga memberi manfaat kepada yang lain
Delete