Langsung
aja ya, hehe.
Biasanya
kepercayaan akan tumbuh seiring dengan seseorang memberikan tugas kepada orang
lain dan melaksanakannya dengan baik sesuai dengan apa yang diminta. Semakin
sering perintah yang diselesaikan dengan baik, maka akan semakin tumbuh kepercayaan
seseorang. Sebaliknya, jika orang tidak berhasil melaksanakan suatu tugas
dengan baik dari orang yang memberikan amanat, bisa timbul kekecewaan yang berakibat
berkurangnya kepercayaan kepada orang tersebut. Ada juga orang yang sudah dipercaya sejak lama, namun
karena pernah melakukan sebuah kesalahan akhirnya setelah itu tidak pernah lagi
diberi kepercayaan, meskipun sebenarnya tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur.
Sebenarnya
banyak sekali parameter yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur
kepercayaan seseorang, bukan hanya karena sering men-treat orang lain dengan baik. Bisa karena ada hubungan emosional,
kesamaan budaya, dan masih banyak lainnya. Hanya saja bukan jaminan juga bahwa orang
yang memiliki banyak kesamaan bisa memiliki tingkat kepercayaan yang lebih
dibandingkan mereka yang tidak memiliki kesamaan, hanya saja dengan adanya
banyak kesamaan akan mendukung terciptanya kepercayaan yang lebih mudah. Namun
belum tentu orang yang tidak memiliki banyak kesamaan tidak bisa menjaga
kepercayaan, mungkin justru menjadi orang yang sangat bisa dipercaya. Yaa, semuanya tergantung pribadi masing-masing.
Terkadang
orang-orang berusaha sekuat tenaga agar bisa mendapatkan kepercayaan dari orang
tertentu dengan cara apa pun. Terkadang ada juga orang yang hanya melakukan
sesuatu atas dasar menghormati atau perlu untuk dilakukan. Yaa setiap orang punya preferensi masing-masing, semuanya tergantung
niat.
Kasus
yang pertama, orang akan berusaha mempertahankan kepercayaan terhadap seseorang
yang menurutnya berarti penting dan jika orang tersebut sudah tidak memiliki
kepercayaan kepadanya, maka akan menyebabkan kerugian terhadapnya. Makanya ia
berusaha semaksimal untuk menjaga agar tetap bisa me-maintain kepercayaan orang tersebut agar tetap berada pada titik aman
dan jangan sampai berada pada frustration
point yang bisa mengarah kepada ketidakpercayaan. Contoh, A yang bekerja
pada perusahaan tempatnya bekerja akan berusaha semaksimal mungkin dengan cara
apa pun untuk selalu bisa memenuhi target pekerjaan yang dibebankan kepadanya agar
tidak hilang kepercayaan manajernya terhadap A.
Kasus
yang kedua, orang akan berusaha semampunya atas apa yang orang lain inginkan
bukan semata-mata mengharap kepercayaan orang tersebut, namun karena ingin
membantu atau menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan. Contoh, A diminta mewakili
sekolahnya dalam kompetisi dan dia berusaha dengan keras agar mendapatkan hasil
yang memuaskan semampu dia, meskipun dalam konteks ini ia diberi kepercayaan,
namun di sisi lain dia juga harus bisa membuka dirinya untuk mendapatkan
wawasan dan manfaat apa yang ia bisa peroleh dari mengikuti kompetisi tersebut,
bukan semata karena kepercayaan dan setelah itu mengharap bisa diberi
kepercayaan kembali oleh pihak sekolah.
Dua
kasus di atas memiliki perbedaan pada “maksimal” dan “mampu”, dalam hal ini
saya bermaksud menjelaskan maksimal adalah ketika seseorang berusaha semaksimal
mungkin, seseorang akan berusaha dengan cara apa pun untuk memenuhi keinginan
orang lain. Pada kasus semampunya, orang juga harus tahu dimana ia harus berhenti
dan menyudahi apa yang sudah ia kerjakan sesuai dengan kemampuan agar tidak berlebihan.
Kedua hal tersebut mempunyai takaran yang sama, selama tahu batas-batas yang boleh
dilalui. Kita lihat banyak sekali orang yang melakukan segala cara untuk
mencapai apa yang orang lain inginkan, entah itu baik atau buruk pokoknya diterjang. Ada juga orang yang
sudah berhenti berusaha sebelum waktu yang seharusnya berhenti, bisa dinamakan
kurang berusaha juga sih. Asalkan orientasinya jangan salah dan semuanya
dilakukan dengan baik dan benar pasti akan mendatangkan kebaikan juga.
Saya
pribadi pernah mengalami hal yang berkaitan dengan pemenuhan kepercayaan, pada
waktu itu kalau tidak salah saya diberi kepercayaan untuk menjadi panitia sebuah
bakti sosial di lingkungan tempat tinggal saya. Bangga dan takut datang pada
saat yang bersamaan, bangga karena merasa dihargai keberadaan saya dan takut
karena saya baru pertama kali mengemban tugas tersebut. Tapi waktu itu yang
jelas saya berniat untuk menunaikan tugas dengan baik, karena memberikan
manfaat baik kepada pihak lain dan mendapatkan pengalaman baru, bukan bermaksud
untuk cari muka atau mengharapkan imbalan setelahnya.
Ada
pepatah bilang begini, “jangan percaya siapa pun selain diri kita sendiri”. Maksudnya
adalah kita tetap harus selalu mengetahui batas-batas dalam memberikan
kepercayaan kepada orang lain, terlebih jika orang tersebut adalah orang asing,
tetap berikan hak sebagaimana mestinya dan jangan berlebihan. Sebenarnya poinnya adalah bagaimana kita
bisa berniat baik, berusaha sebaik mungkin, dan memberikan yang terbaik atas
kepercayaan orang lain yang diberikan kepada kita jika kita diberi kepercayaan,
bukan karena siapa pun dan bukan karena apa pun. Anggaplah kepercayaan dan
hadiah atau semacamnya sebagai bonus yang kita tidak harapkan dari awal, syukur
kalau dapat, ngga juga tidak apa-apa.
Kepercayaan orang lain pun
juga tidak harus melulu selalu kita terima, mungkin ada prioritas lain yang
harus diselesaikan terlebih dahulu, asalkan sama-sama paham semuanya beres. A true trust doesn’t come deliberately, it grows from
the heart and belong to people who really deserves it.
Sampai
jumpa di post selanjutnya !
No comments:
Post a Comment