Wednesday 1 May 2019

#SedikitRenungan, Bagian 13 (Kepercayaan)


https://kbdevstorage1.blob.core.windows.net/asset-blobs/19201_en_1


Langsung aja ya, hehe.

Biasanya kepercayaan akan tumbuh seiring dengan seseorang memberikan tugas kepada orang lain dan melaksanakannya dengan baik sesuai dengan apa yang diminta. Semakin sering perintah yang diselesaikan dengan baik, maka akan semakin tumbuh kepercayaan seseorang. Sebaliknya, jika orang tidak berhasil melaksanakan suatu tugas dengan baik dari orang yang memberikan amanat, bisa timbul kekecewaan yang berakibat berkurangnya kepercayaan kepada orang tersebut. Ada juga orang yang sudah dipercaya sejak lama, namun karena pernah melakukan sebuah kesalahan akhirnya setelah itu tidak pernah lagi diberi kepercayaan, meskipun sebenarnya tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur.



Sebenarnya banyak sekali parameter yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur kepercayaan seseorang, bukan hanya karena sering men-­treat orang lain dengan baik. Bisa karena ada hubungan emosional, kesamaan budaya, dan masih banyak lainnya. Hanya saja bukan jaminan juga bahwa orang yang memiliki banyak kesamaan bisa memiliki tingkat kepercayaan yang lebih dibandingkan mereka yang tidak memiliki kesamaan, hanya saja dengan adanya banyak kesamaan akan mendukung terciptanya kepercayaan yang lebih mudah. Namun belum tentu orang yang tidak memiliki banyak kesamaan tidak bisa menjaga kepercayaan, mungkin justru menjadi orang yang sangat bisa dipercaya. Yaa, semuanya tergantung pribadi masing-masing.

Terkadang orang-orang berusaha sekuat tenaga agar bisa mendapatkan kepercayaan dari orang tertentu dengan cara apa pun. Terkadang ada juga orang yang hanya melakukan sesuatu atas dasar menghormati atau perlu untuk dilakukan. Yaa setiap orang punya preferensi masing-masing, semuanya tergantung niat.

Kasus yang pertama, orang akan berusaha mempertahankan kepercayaan terhadap seseorang yang menurutnya berarti penting dan jika orang tersebut sudah tidak memiliki kepercayaan kepadanya, maka akan menyebabkan kerugian terhadapnya. Makanya ia berusaha semaksimal untuk menjaga agar tetap bisa me-maintain kepercayaan orang tersebut agar tetap berada pada titik aman dan jangan sampai berada pada frustration point yang bisa mengarah kepada ketidakpercayaan. Contoh, A yang bekerja pada perusahaan tempatnya bekerja akan berusaha semaksimal mungkin dengan cara apa pun untuk selalu bisa memenuhi target pekerjaan yang dibebankan kepadanya agar tidak hilang kepercayaan manajernya terhadap A.

Kasus yang kedua, orang akan berusaha semampunya atas apa yang orang lain inginkan bukan semata-mata mengharap kepercayaan orang tersebut, namun karena ingin membantu atau menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan. Contoh, A diminta mewakili sekolahnya dalam kompetisi dan dia berusaha dengan keras agar mendapatkan hasil yang memuaskan semampu dia, meskipun dalam konteks ini ia diberi kepercayaan, namun di sisi lain dia juga harus bisa membuka dirinya untuk mendapatkan wawasan dan manfaat apa yang ia bisa peroleh dari mengikuti kompetisi tersebut, bukan semata karena kepercayaan dan setelah itu mengharap bisa diberi kepercayaan kembali oleh pihak sekolah.

Dua kasus di atas memiliki perbedaan pada “maksimal” dan “mampu”, dalam hal ini saya bermaksud menjelaskan maksimal adalah ketika seseorang berusaha semaksimal mungkin, seseorang akan berusaha dengan cara apa pun untuk memenuhi keinginan orang lain. Pada kasus semampunya, orang juga harus tahu dimana ia harus berhenti dan menyudahi apa yang sudah ia kerjakan sesuai dengan kemampuan agar tidak berlebihan. Kedua hal tersebut mempunyai takaran yang sama, selama tahu batas-batas yang boleh dilalui. Kita lihat banyak sekali orang yang melakukan segala cara untuk mencapai apa yang orang lain inginkan, entah itu baik atau buruk pokoknya diterjang. Ada juga orang yang sudah berhenti berusaha sebelum waktu yang seharusnya berhenti, bisa dinamakan kurang berusaha juga sih. Asalkan orientasinya jangan salah dan semuanya dilakukan dengan baik dan benar pasti akan mendatangkan kebaikan juga.

Saya pribadi pernah mengalami hal yang berkaitan dengan pemenuhan kepercayaan, pada waktu itu kalau tidak salah saya diberi kepercayaan untuk menjadi panitia sebuah bakti sosial di lingkungan tempat tinggal saya. Bangga dan takut datang pada saat yang bersamaan, bangga karena merasa dihargai keberadaan saya dan takut karena saya baru pertama kali mengemban tugas tersebut. Tapi waktu itu yang jelas saya berniat untuk menunaikan tugas dengan baik, karena memberikan manfaat baik kepada pihak lain dan mendapatkan pengalaman baru, bukan bermaksud untuk cari muka atau mengharapkan imbalan setelahnya.

Ada pepatah bilang begini, “jangan percaya siapa pun selain diri kita sendiri”. Maksudnya adalah kita tetap harus selalu mengetahui batas-batas dalam memberikan kepercayaan kepada orang lain, terlebih jika orang tersebut adalah orang asing, tetap berikan hak sebagaimana mestinya dan jangan berlebihan. Sebenarnya poinnya adalah bagaimana kita bisa berniat baik, berusaha sebaik mungkin, dan memberikan yang terbaik atas kepercayaan orang lain yang diberikan kepada kita jika kita diberi kepercayaan, bukan karena siapa pun dan bukan karena apa pun. Anggaplah kepercayaan dan hadiah atau semacamnya sebagai bonus yang kita tidak harapkan dari awal, syukur kalau dapat, ngga juga tidak apa-apa. Kepercayaan orang lain pun juga tidak harus melulu selalu kita terima, mungkin ada prioritas lain yang harus diselesaikan terlebih dahulu, asalkan sama-sama paham semuanya beres. A true trust doesn’t come deliberately, it grows from the heart and belong to people who really deserves it.

Sampai jumpa di post selanjutnya !

No comments:

Post a Comment

Popular Posts