Baru-baru
ini ada momen lebaran, saya juga mohon maaf lahir dan batin kalau ada kata yang
kurang berkenan selama
menulis di blog ataupun yang mengenal saya secara personal.
Berkenaan dengan momen yang masih berlangsung, kali ini saya ingin membahas
tentang “maaf”. Oiya, sebelumnya saya juga mengucapkan maaf, lama tidak update karena
memang
banyak kesibukan dan hal lain yang harus lebih prioritas untuk diselesaikan, lama juga ya udah 1,5 bulan.
Mohon dimaafkan.
Baik, jadi saya mau cerita
backstory-nya dulu kenapa
saya pingin nulis tentang
“maaf” ini.
Oke, maaf. Perbuatan yang bersifat dua arah, pemohon dan termohon. Ada yang mengartikan kalau maaf hanya terbatas pada ucapan, tapi sebetulnya maaf juga ada kaitannya dengan hati. Memang semua orang tidak bisa disamakan soal perasaan Ada beberapa orang yang berat untuk meminta maaf dan memaafkan orang lain, mungkin karena gengsi karena ternyata memang setelah beradu pendapat baru sadar kalau ternyata ia yang salah atau malu dan sulit untuk mengakui kesalahan atau memang memiliki sifat yang susah untuk meminta maaf atau memaafkan. Setiap orang memiliki alasannya masing-masing.
Maaf bisa dianggap berbeda
bagi sebagian orang karena anggapan orang berbeda-beda untuk takaran bisa
memaafkan dan meminta maaf. Meskipun sebetulnya maaf cukup diniatkan
benar-benar
untuk saling menyudahi permasalahan yang ada hingga akad maaf tersebut terjadi. Simple memang,
namun bagi sebagian orang tidak bisa cukup dengan mengucapkannya. Ada yang mensyaratkan sesuatu dulu baru dimaafkan,
yang saya maksudkan di sini memang sangat subyektif mengingat syarat yang
diminta bisa berbeda-beda tiap orang, bisa berupa benda, bisa berupa perbuatan,
apa pun itu. Sebetulnya berani
meminta
maaf pun sudah terbilang keren
ya,
tapi karena mungkin ada
beberapa persoalan yang memang itu benar-benar baru bisa cair
seperti sedia kala hanya kalau
ada syarat itu tadi. Tidak ada yang mengharuskan memang, mungkin bisa
dibilang sebagai “pemantas”. Terkadang ada beberapa orang yang
dari ucapan sudah mengatakan maaf namun seberangnya masih memendam rasa dongkol
dan semacamnya. Ada juga yang tanpa seseorang meminta maaf secara langsung
namun sudah dimaafkan, karena memang menurutnya hal itu biasa. Ada juga yang selalu meminta
maaf padahal ia belum tentu salah.
Mereka
yang masih dongkol setelah akad maaf menurut saya yang kasihan, baiknya memang berkata sejujurnya
kalau memang belum bisa memaafkan kesalahan seseorang, meskipun sebetulnya
memaafkan itu harus dilakukan, susah
juga
kalau seseorang tidak mau memaafkan seseorang. Bukannya apa, kalau memang ada sesuatu
yang mungkin bisa dipenuhi oleh peminta maaf sebaiknya disampaikan dari awal agar tidak ada sesuatu lagi
yang mengganjal
bagi
kedua pihak. Repot
juga
kalau ada orang
tiap ada masalah
dongkol ke orang lain dan terus ingat kesalahannya, ya memang soal hati tidak bisa ditakar. Belajar menerima kesalahan adalah kuncinya.
Mereka
yang sudah memaafkan seseorang tanpa orang lain meminta maaf menurut saya ini keren
sih,
dalam artian ia bisa dengan mudah menerima kesalahan orang lain tanpa memikirkannya
lebih jauh. Ditambah lagi kalau
ia malah
memikirkan jalan keluar supaya bisa segera menemukan titik temu. Justru pada kondisi ini biasanya
orang lain yang repot “Wong
kesalahnannya (besar) kaya gitu kok langsung dimaafin”,
meskipun orang lain tidak ada urusannya sebetulnya.
Mereka
yang selalu meminta maaf padahal belum tentu mereka salah, ini justru unik,
karena mereka berpikiran bahwa apa yang dilakukannya takut menyakiti perasaan orang
lain,
terlepas
orang lain
tersebut
sebetulnya benar-benar
tersinggung
atau
tidak. Bisa dibilang
ini cari aman sih. Toh, minta maaf itu ngga bayar.
Pernah
suatu waktu karena saya mungkin terkesan
terlalu
sering meminta maaf, terlepas meskipun sebetulnya saya mempunyai salah atau tidak.
In case, kalau saya sebetulnya juga memang mempunyai salah maka urusannya
cukup selesai sampai disitu.
Minimal saya sudah meminta maaf, kalau memang masih ada sesuatu setelahnya ya
saya coba klarifikasi lagi.
Menurut saya sendiri, sebetulnya
maaf cukup dengan maaf. Kalau kedua pihak sudah sepakat berniat menyudahi dan saling memaafkan kesalahan yang
ada tanpa ada syarat apa pun ya memang
seharusnya berakhir, harusnya.
Kesimpulannya,
meminta maaf dan memaafkan adalah
perbuatan
yang
baik. Orang yang benar secara konteks memang tidak perlu meminta maaf karena secara perbuatan memang
ia tidak salah. Tapi ada suatu waktu ketika memang dari kedua pihak mungkin
secara konteks tidak ada yang mau disalahkan, atau bahkan sebetulnya tidak ada yang
salah. Memang orang yang benar terkadang
benar-benar
keras kepala
untuk
tidak mau meminta maaf, bukan karena benar atau salahnya, tapi
meminta maaf karena mungkin barangkali ada sikap yang mungkin tidak pas selama proses beradu pendapat. Dalam
kondisi itu sebetulnya justru orang pertama yang dengan rela meminta maaf terlebih dulu
menurut
saya orang yang baik sesungguhnya,
karena ia tidak ingin berlama-lama pada kondisi yang tidak sehat antara dua
pihak.
Meminta
maaf dan memaafkan bukan hanya soal benar atau salah, tapi
juga baik dan buruk. It’s
good to be right, but it’s way cooler to be right and good !
Sedikit agak lebih panjang dari biasanya
memang, tapi semoga bermanfaat. Sampai jumpa di post berikutnya !
Nice writing mate.
ReplyDeleteTerima kasih mas. Namanya gonta ganti terus mas
Delete