Friday 21 June 2019

#SedikitRenungan, Bagian 14 (Maaf)

https://www.pexels.com/photo/altitude-amazing-calm-cliff-552784/


Baru-baru ini ada momen lebaran, saya juga mohon maaf lahir dan batin kalau ada kata yang kurang berkenan selama menulis di blog ataupun yang mengenal saya secara personal. Berkenaan dengan momen yang masih berlangsung, kali ini saya ingin membahas tentang “maaf”. Oiya, sebelumnya saya juga mengucapkan maaf, lama tidak update karena memang banyak kesibukan dan hal lain yang harus lebih prioritas untuk diselesaikan, lama juga ya udah 1,5 bulan. Mohon dimaafkan. Baik, jadi saya mau cerita backstory-nya dulu kenapa saya pingin nulis tentang “maaf” ini.

Oke, maaf. Perbuatan yang bersifat dua arah, pemohon dan termohonAda yang mengartikan kalau maaf hanya terbatas pada ucapan, tapi sebetulnya maaf juga ada kaitannya dengan hati. Memang semua orang tidak bisa disamakan soal perasaan Ada beberapa orang yang berat untuk meminta maaf dan memaafkan orang lain, mungkin karena gengsi karena ternyata memang setelah beradu pendapat baru sadar kalau ternyata ia yang salah atau malu dan sulit untuk mengakui kesalahan atau memang memiliki sifat yang susah untuk meminta maaf atau memaafkanSetiap orang memiliki alasannya masing-masing.

Maaf bisa dianggap berbeda bagi sebagian orang karena anggapan orang berbeda-beda untuk takaran bisa memaafkan dan meminta maaf. Meskipun sebetulnya maaf cukup diniatkan benar-benar untuk saling menyudahi permasalahan yang ada hingga akad maaf tersebut terjadi. Simple memang, namun bagi sebagian orang tidak bisa cukup dengan mengucapkannya. Ada yang mensyaratkan sesuatu dulu baru dimaafkan, yang saya maksudkan di sini memang sangat subyektif mengingat syarat yang diminta bisa berbeda-beda tiap orang, bisa berupa benda, bisa berupa perbuatan, apa pun itu. Sebetulnya berani meminta maaf pun sudah terbilang keren ya, tapi karena mungkin ada beberapa persoalan yang memang itu benar-benar baru bisa cair seperti sedia kala hanya kalau ada syarat itu tadi. Tidak ada yang mengharuskan memang, mungkin bisa dibilang sebagai “pemantas”. Terkadang ada beberapa orang yang dari ucapan sudah mengatakan maaf namun seberangnya masih memendam rasa dongkol dan semacamnya. Ada juga yang tanpa seseorang meminta maaf secara langsung namun sudah dimaafkan, karena memang menurutnya hal itu biasa. Ada juga yang selalu meminta maaf padahal ia belum tentu salah.

Mereka yang masih dongkol setelah akad maaf menurut saya yang kasihan, baiknya memang berkata sejujurnya kalau memang belum bisa memaafkan kesalahan seseorang, meskipun sebetulnya memaafkan itu harus dilakukan, susah juga kalau seseorang tidak mau memaafkan seseorang. Bukannya apa, kalau memang ada sesuatu yang mungkin bisa dipenuhi oleh peminta maaf sebaiknya disampaikan dari awal agar tidak ada sesuatu lagi yang mengganjal bagi kedua pihak. Repot juga kalau ada orang tiap ada masalah dongkol ke orang lain dan terus ingat kesalahannya, ya memang soal hati tidak bisa ditakar. Belajar menerima kesalahan adalah kuncinya.

Mereka yang sudah memaafkan seseorang tanpa orang lain meminta maaf menurut saya ini keren sih, dalam artian ia bisa dengan mudah menerima kesalahan orang lain tanpa memikirkannya lebih jauh. Ditambah lagi kalau ia malah memikirkan jalan keluar supaya bisa segera menemukan titik temu. Justru pada kondisi ini biasanya orang lain yang repot Wong kesalahnannya (besar) kaya gitu kok langsung dimaafin, meskipun orang lain tidak ada urusannya sebetulnya.

Mereka yang selalu meminta maaf padahal belum tentu mereka salah, ini justru unik, karena mereka berpikiran bahwa apa yang dilakukannya takut menyakiti perasaan orang lain, terlepas orang lain tersebut sebetulnya benar-benar tersinggung atau tidak. Bisa dibilang ini cari aman sih. Toh, minta maaf itu ngga bayar.

Pernah suatu waktu karena saya mungkin terkesan terlalu sering meminta maaf, terlepas meskipun sebetulnya saya mempunyai salah atau tidak. In case, kalau saya sebetulnya juga memang mempunyai salah maka urusannya cukup selesai sampai disitu. Minimal saya sudah meminta maaf, kalau memang masih ada sesuatu setelahnya ya saya coba klarifikasi lagi. Menurut saya sendiri, sebetulnya maaf cukup dengan maaf. Kalau kedua pihak sudah sepakat berniat menyudahi dan saling memaafkan kesalahan yang ada tanpa ada syarat apa pun ya memang seharusnya berakhir, harusnya.

Kesimpulannya, meminta maaf dan memaafkan adalah perbuatan yang baik. Orang yang benar secara konteks memang tidak perlu meminta maaf karena secara perbuatan memang ia tidak salah. Tapi ada suatu waktu ketika memang dari kedua pihak mungkin secara konteks tidak ada yang mau disalahkan, atau bahkan sebetulnya tidak ada yang salah. Memang orang yang benar terkadang benar-benar keras kepala untuk tidak mau meminta maaf, bukan karena benar atau salahnya, tapi meminta maaf karena mungkin barangkali ada sikap yang mungkin tidak pas selama proses beradu pendapat. Dalam kondisi itu sebetulnya justru orang pertama yang dengan rela meminta maaf terlebih dulu menurut saya orang yang baik sesungguhnya, karena ia tidak ingin berlama-lama pada kondisi yang tidak sehat antara dua pihak. Meminta maaf dan memaafkan bukan hanya soal benar atau salah, tapi juga baik dan buruk. It’s good to be right, but it’s way cooler to be right and good !

Sedikit agak lebih panjang dari biasanya memang, tapi semoga bermanfaat. Sampai jumpa di post berikutnya !

2 comments:

Popular Posts