Sebenarnya bagian ini juga bukan salah satu
cerita pribadi yang saya dapat dari pengalaman sendiri, terus terang dari
sebuah video tepatnya. Jadi pas waktu itu saya lagi main Instagram dan ngeswipe-swipe
bagian discovery dan nemu video yang berisi tentang pengertian
rezeki. Dalam video itu, doi menerangkan dengan jelas membedakan antara rezeki
dengan gaji atau sumber penghasilan lain yang bisa datang dari mana pun. Oke, backstory-nya
segitu aja.
Setelah
dari video itu saya jadi lebih ngeh dan bisa memahami kenapa ada orang
yang meskipun hidupnya bisa dibilang sederhana dan pas-pasan tapi bisa
dengan lancar dan bahagianya mereka menjalani hidup mereka. Di sisi lain ada
juga orang yang bergelimang harta tapi justru mereka terlihat belum bahagia
atau bahkan tidak tenang hidupnya. Tidak semuanya, tapi ada.
Poinnya
ada di dalam video yang saya bilang tadi, jadi di video itu diterangkan bahwa di
dunia ini semua orang bisa mendapatkan penghasilan dari mana pun dengan cara adapun.,
tapi yang membedakan adalah bagaimana sikap kita menerimanya dan bagaimana cara
memperolehnya. Dalam video, diterangkan ada istilah rezeki dan penghasilan. Rezeki
dan penghasilan datangnya dari Tuhan, entah dari siapa pun perantaranya atau
sumbernya. Bedanya, rezeki sudah pasti mendatangkan kecukupan dan kebaikan bagi
kita, karena rezeki datang dari tempat yang baik dan usaha yang baik.
Sedangkan penghasilan adalah sesuatu yang bersifat hasil dari apa yang kita
dapatkan atas jerih payah kita selama bekerja. Beda tipis memang, tapi kalau
kita benar-benar paham, maksudnya di sini adalah rezeki itu pasti bersifat
halal, baik, dan mencukupkan sedangkan penghasilan belum tentu bersifat
demikian, bukan berarti tidak baik.
Satu
adalah pada prosesnya. Sesuatu disebut rezeki bila proses yang ditempuh untuk
mendapatkannya baik dan benar lalu kita selalu syukur atasnya berapa pun
jumlahnya, jadi parameternya adalah bukan perspektif duniawi. Sedangkan penghasilan
masih berparameter jumlah, proses mendapatkannya yang entah seperti apa, dan
juga kita belum tentu syukur atasnya. Penghasilan bisa aja disebut
sebagai rezeki kalau caranya baik dan benar lalu selalu syukur dengan bentuk
dan jumlahnya. Dua adalah sumbernya. Dari manapun kita berusaha kalau
sumbernya adalah dari tempat yang tidak baik, seberapa pun jumlahnya mungkin kita
bakal tidak pernah merasa puas, mungkin ya. Coba cari sumber penghasilan yang benar-benar
baik, jangan tengah-tengah, pastikan sumbernya baik. Tiga adalah cara
menerimanya. Berapapun jumlahnya, usahakan selalu merasa syukur dengan hasil yang
didapat. Kalau memang jumlah penghasilan dengan banyaknya kebutuhan masih
terasa kurang berarti kita memang diminta sama Tuhan buat berusaha lagi. Maksud
saya di sini adalah bukan menerima nasib ya, tapi merasa cukup. Kalau memang
hasilnya kurang terus sebenarnya
kita juga masih ada kesempatan untuk berusaha, ya dicari lagi, bukannya malah bengong.
Saya
pun juga pernah ngalamin, saya kira teman-teman juga pasti pernah. Mungkin
contoh gampangnya adalah saat kita sudah berusaha keras untuk mendapatkan sebuah penghasilan, tapi hasilnya hanya sedikit
atau tidak sesuai dengan ekspektasi kita sebelumnya, pasti ada dong rasa
tidak puas, tidak ikhlas, dan tidak cukup yang muncul karena kita ngerasa
seharusnya kita bisa mendapatkan lebih dari itu. Nha, yang jadi persoalan
sekarang adalah memangnya yang menentukan ukuran jumlah penghasilan yang patut
kita terima itu siapa? Masa kita sendiri. Ya kalau ukuran kita benar, kalau ngga? hahaha. Yang
berhak mengukur seberapa hasil yang kita dapatkan sepantasnya dan sebenarnya
adalah Tuhan, tugas kita mah terus berusaha dan berdoa, semaksimal
mungkin. Meskipun sedikit, kalau kita syukur dan berterima kasih atasnya maka
sadar tidak sadar sebetulnya dengan jumlah tersebut kita sudah cukup.
Beda
hal lagi jika usaha kita kurang maksimal, tambah lagi kalau kita juga bekerja asal-asalan,
ya dapatnya juga asal-asalan, wong kita aja ngawur masa mau
dikasih yang bener. Gitu. Kita usahanya yang maksimal, milihnya juga ngga
ngawur, niatnya juga baik, pasti semuanya beres. It’s true that effort
affect a result, but it’s not truly true. Out of it, there’s always God’s
intervention.
Sampai
bertemu di post selanjutnya !
No comments:
Post a Comment