Saturday 7 September 2019

#SedikitRenungan, Bagian 19 (Justifikasi)

https://www.pexels.com/photo/blur-calm-waters-dawn-daylight-395198/

Saya lupa banget mau kasih tahu kalo harus off dalam 2 minggu kemarin, karena ada kegiatan yang memang ga bisa ditinggalin. Mohon dimaafkan readers.
Yap, lanjut lagi ke segmen #SedikitRenungan. Kali ini saya ngebahas tentang justifikasi atau orang-orang mungkin lebih sering menyebutnya nge-judge kali ya. Jadi memang banyak banget orang-orang yang saya lihat saling melakukan penyalahan dan pembenaran atas sesuatu kepada orang lain ataupun ke suatu hal. Itu jadi backstory kenapa saya tulis bagian ini.
Menurut saya memang justifikasi seharusnya tidak dilakukan oleh orang-orang, sebetulnya seharusnya hanya Tuhan yang boleh melakukan justifikasi dan atau pihak berwenang yang memang ditunjuk secara peraturan dalam sebuah organisasi / negara, sebagai contoh dalam kasus ini di Indonesia adalah hakim yang bisa memutuskan benar atau salah. Makanya jadi hakim itu bisa saya bilang keren sih bisa memutuskan mana yang benar dan salah. Meskipun sebetulnya terlihat gampang tapi sebetulnya tanggungannya berat. Memang besar resikonya, kalau sampai salah memutuskan yang salah menjadi benar atau yang benar menjadi salah akan menjadi beban seumur hidupnya. Bahasanya lumayan belibet tapi memang gitu sih.

Contoh gampangnya adalah ketika di Indonesia misalnya ada pemilihan umum dan disitu orang-orang dituntut untuk tendensius dan mendukung salah satu calon. Suasana jadi panas sepanjang waktu, setiap hari orang berdebat tanpa ada titik temu saling membenarkan pihaknya masing-masing. Tendensi boleh tapi tidak harus terlalu menunjuk-nunjukkan kepada orang lain dengan kontras, itu pilihan. Sebetulnya kalau ada calon yang independen bisa jadi saya lebih memilih itu, mereka kemungkinan tidak membawa kepentingan partai dalam pencalonannya dan datang dengan damai. Cuma masalahnya belum pernah ada sampai sekarang dan bisa jadi pamornya kalah oleh mereka yang bernaung di bawah partai.
Saya tidak menyalahkan mereka yang mempunya kecondongan terhadap sesuatu, saya bilang mereka keren karena sudah berhasil menemukan sesuatu yang in line dengan visi dan maksud mereka. Tapi memang karena ketidakpastian dan belum tentu sesuatu yang mereka bela mati-matian tersebut merupakan hal yang benar. Akan menjadi sebuah kesalahan besar kalau sesuatu yang dipertahankan mati-matian tersebut ternyata justru mengarah kepada hal yang salah. Tapi kalau memang sesuatu yang mereka bela tersebut memang benar maka justru akan sangat baik. Hanya saja, tidak perlu dipertontonkan dan sampai harus meyalahakan atau membenarkan.
Saya pun juga pernah mengalami hal yang sama, waktu menjadi pengambil keputusan dalam sebuah organisasi. Memang kita diharuskan mengambil menentukan sesuatu yang seadil-adilnya, maka dari itu diperlukan campur tangan Tuhan karena yang tahu yang terbaik hanyalah Tuhan. jika kita sudah meniatkan demikian, terlepas benar atau salah keputusan yang kita ambil yang jelas kita sudah berniat baik. Memang pasti ada pihak yang dirugikan atau yang salah dan ada pihak yang diuntungkan atau yang benar. Koridornya memang bukan hanya untung rugi atau benar salah, tapi juga baik atau buruk. Kalau sudah diniatkan dengan sesuatu yang baik, pasti juga akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Maksud saya disini adalah, mari kita tidak saling menyalahkan atau membenarkan sesuatu sebelum hal yang dipertentangkan tersebut benar-benar sudah diteliti dengan cara yang baik dan benar sebelum melakukan justifikasi. Arifnya, memang sebagai manusia hendaknya kita cukup memberikan saran, kritik, atau komentar saja kalau kita tidak tahu menahu secara pasti keadaan yang sedang terjadi tersebut. Sebenarnya kebenaran sejati itu cuma milik Tuhan, kecuali memang hal yang dipersoalkan adalah ilmu buatan manusia (sains, teknologi, dll) jadi researchable, bisa diteliti. Toh kita tidak tahu mana yang benar-benar benar dan benar-benar salah.
Pingin saya adalah kalau bisa jadilah orang yang menjadi penengah di antara masalah-masalah dan jangan justru membuat masalah menjadi semakin chaos. Menurut saya itulah yang namanya benar-benar damai. Mempunyai preferensi masing-masing tapi tidak menunjukkan dan membenarkan atau menyalahkan. Peace comes when people stop arguing something and make it even worse. Be mid, be flex, be good.
Sampai ketemu di post selanjutnya ! Doakan semoga masih bisa rutin update.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts