Syukurlah bisa lebih cepat
dari biasanya. Ada spare time dikit langsung nulis. Kali ini saya
bakal bahas tentang kontribusi. Yang saya maksud kontribusi disini adalah
bentuk upaya atau usaha orang untuk membantu sebuah aktivitas agar lebih cepat
selesai.
Backstory-nya sebetulnya banyak, paling terasa pas saya ikut
organisasi khususnya. Di organisasi kita dituntut untuk bisa memberikan kontribusi
pada organisasi dalam bentuk apapun tergantung kemampuan tiap anak. Seperti
yang saya bilang beberapa kali sebelumnya, kalau semua orang tidak bisa
disamakan, baik dalam preferensi, selera, apalagi kemampuan. Kontribusi disini
berkaitan dengan kemampuan seseorang. Korelasinya adalah ketika kita diminta untuk
memberikan bantuan pada sebuah hal dan disitu kita dituntut untuk bisa membantu
dengan kemampuan yang kita punyai. Nah, poinnya ada disini.
Jadi saya dulu pun awalnya juga
mengalami fase dimana tidak memiliki kemampuan yang orang lain harapkan atau yang
orang lain punya dimana saat kita dibutuhkan. Pastinya kita ingin bisa membantu
banyak hal dan bisa hadir pada setiap kesempatan orang lain membutuhkan. Awalnya
pun pasti minder karena kita ngeliat orang lain bisa tapi kita ga
bisa, saya tidak memiliki kemampuan special atau spesialisasi di bidang apapun waktu
itu. Di situ kita dituntut buat berpikir dan memilih apakah harus mencoba dan
belajar untuk menjadi lebih baik atau tetap nyaman dengan kemampuan yang kita
punya. Seorang pejuang pasti akan memilih jalan dimana ia akan berani mencoba
dan belajar hal baru. Tapi orang berpikiran kerdil akan tetap stay dengan
dirinya yang apa adanya, padahal mempunyai kesempatan untuk belajar dan berbuat
lebih. Disitu mental yang berbicara, karena setiap orang mempunyai daya juang,
tinggal mau memanfaatkannya atau tidak (btw quotes ini saya dapet dari Kapten
Fatimah, Pusdikpom Cimahi. Terima kasih, Kapten).
Oke, jadi memang pada case
tersebut kita dihadapkan pada posisi apakah memungkinkan kita memberikan kontribusi
sesuai apa yang orang lain minta atau kita bisa memberikan kontribusi di bidang
lain yang tidak kalah penting, sesuaikan dengan diri kalian masing-masing.
Memang tidak semua orang menguasai kemampuan A, tapi untuk menyelesaikan
kegiatan ABCDE tidak hanya diperlukan kemampuan A. Kita bisa membantu
menyelesaikannya dengan memberikan kontribusi pada kegiatan B, C, D, atau E. Sebetulnya
dalam setiap kegiatan pasti bisa disederhanakan menjadi beberapa bagian kecil
yang lebih mudah untuk diselesaikan, simplify. Yang jelas usahakan kita
ikut berkontribusi untuk menyelesaikan.
Kebanyakan orang juga mulai
mengukur dan membandingkan kontribusi orang per orang. Padahal sebetulnya
kontribusi tidak bisa diukur secara eksak. Intinya, sebisa mungkin selalu berikan
yang terbaik dalam setiap kesempatan, karena setiap bidang pasti mempunyai
tingkat kesulitannya masing-masing. Selain itu, semua itu kembali ke job
desc masing-masing, tugas apa yang belum terselesaikan dan sesuai dengan
spesialisasi atau kemampuan kita, maka ayo diselesaikan. Kita tidak bisa menyalahkan
orang yang tidak bisa menyelesaikan job desc A dengan baik karena mungkin
spesialisasi mereka bukan disana dan preferensi mereka juga belum tentu sesuai.
Bisa jadi mereka sanggup untuk menyelesaikan tugas lain yang sesuai dengan
kemampuan mereka. Semuanya tidak bisa dipukul rata dan menganggap kita
adalah satu-satunya parameter yang benar.
Tapi kita juga tidak dibenarkan
kalau hanya mengandalkan sesuatu kepada orang lain padahal kita sebetulnya
sanggup untuk menyelesaikan hal tersebut agar pekerjaan itu bisa selesai lebih
cepat. Kata Kapten Fatimah, ini namanya “makan tulang”, orang lain bersusah payah
sedangkan kita hanya berdiam diri tanpa kontribusi padahal sebetulnya kita
mampu. Giliran pada situasi atau kesempatan yang terlihat menguntungkan baru muncul.
Istilah mengandalkan disini memang terkesan oportunis, karena memang sebetulnya
kita bisa ikut berkontribusi.
Kalau saya pribadi selagi masih
ada waktu buat belajar hal baru, apapun itu, terlepas itu nanti ke depannya diperlukan
atau tidak, yang jelas saya bisa mendapatkan ilmu atau wawasan baru pasti saya
akan coba. Dengan tetap harus disesuaikan dengan skala prioritas yang kita
punya. Belajar itu tidak ada salahnya, yang salah adalah kalau kita berhenti
untuk belajar. Kita tidak dituntut untuk serba bisa, paling tidak kita mengarah
untuk menjadi orang yang bisa diandalkan dalam setiap kesempatan. There
is no one man show, but a right man in the right place sounds good enough I
think.
Sampai ketemu di post
selanjutnya !
No comments:
Post a Comment