Thursday 12 September 2019

#SedikitRenungan, Bagian 20 (Menyamakan Kontribusi)

https://www.pexels.com/photo/trees-covered-with-snow-1571444/
Syukurlah bisa lebih cepat dari biasanya. Ada spare time dikit langsung nulis. Kali ini saya bakal bahas tentang kontribusi. Yang saya maksud kontribusi disini adalah bentuk upaya atau usaha orang untuk membantu sebuah aktivitas agar lebih cepat selesai.
Backstory-nya sebetulnya banyak, paling terasa pas saya ikut organisasi khususnya. Di organisasi kita dituntut untuk bisa memberikan kontribusi pada organisasi dalam bentuk apapun tergantung kemampuan tiap anak. Seperti yang saya bilang beberapa kali sebelumnya, kalau semua orang tidak bisa disamakan, baik dalam preferensi, selera, apalagi kemampuan. Kontribusi disini berkaitan dengan kemampuan seseorang. Korelasinya adalah ketika kita diminta untuk memberikan bantuan pada sebuah hal dan disitu kita dituntut untuk bisa membantu dengan kemampuan yang kita punyai. Nah, poinnya ada disini.

Jadi saya dulu pun awalnya juga mengalami fase dimana tidak memiliki kemampuan yang orang lain harapkan atau yang orang lain punya dimana saat kita dibutuhkan. Pastinya kita ingin bisa membantu banyak hal dan bisa hadir pada setiap kesempatan orang lain membutuhkan. Awalnya pun pasti minder karena kita ngeliat orang lain bisa tapi kita ga bisa, saya tidak memiliki kemampuan special atau spesialisasi di bidang apapun waktu itu. Di situ kita dituntut buat berpikir dan memilih apakah harus mencoba dan belajar untuk menjadi lebih baik atau tetap nyaman dengan kemampuan yang kita punya. Seorang pejuang pasti akan memilih jalan dimana ia akan berani mencoba dan belajar hal baru. Tapi orang berpikiran kerdil akan tetap stay dengan dirinya yang apa adanya, padahal mempunyai kesempatan untuk belajar dan berbuat lebih. Disitu mental yang berbicara, karena setiap orang mempunyai daya juang, tinggal mau memanfaatkannya atau tidak (btw quotes ini saya dapet dari Kapten Fatimah, Pusdikpom Cimahi. Terima kasih, Kapten).
Oke, jadi memang pada case tersebut kita dihadapkan pada posisi apakah memungkinkan kita memberikan kontribusi sesuai apa yang orang lain minta atau kita bisa memberikan kontribusi di bidang lain yang tidak kalah penting, sesuaikan dengan diri kalian masing-masing. Memang tidak semua orang menguasai kemampuan A, tapi untuk menyelesaikan kegiatan ABCDE tidak hanya diperlukan kemampuan A. Kita bisa membantu menyelesaikannya dengan memberikan kontribusi pada kegiatan B, C, D, atau E. Sebetulnya dalam setiap kegiatan pasti bisa disederhanakan menjadi beberapa bagian kecil yang lebih mudah untuk diselesaikan, simplify. Yang jelas usahakan kita ikut berkontribusi untuk menyelesaikan.
Kebanyakan orang juga mulai mengukur dan membandingkan kontribusi orang per orang. Padahal sebetulnya kontribusi tidak bisa diukur secara eksak. Intinya, sebisa mungkin selalu berikan yang terbaik dalam setiap kesempatan, karena setiap bidang pasti mempunyai tingkat kesulitannya masing-masing. Selain itu, semua itu kembali ke job desc masing-masing, tugas apa yang belum terselesaikan dan sesuai dengan spesialisasi atau kemampuan kita, maka ayo diselesaikan. Kita tidak bisa menyalahkan orang yang tidak bisa menyelesaikan job desc A dengan baik karena mungkin spesialisasi mereka bukan disana dan preferensi mereka juga belum tentu sesuai. Bisa jadi mereka sanggup untuk menyelesaikan tugas lain yang sesuai dengan kemampuan mereka. Semuanya tidak bisa dipukul rata dan menganggap kita adalah satu-satunya parameter yang benar.
Tapi kita juga tidak dibenarkan kalau hanya mengandalkan sesuatu kepada orang lain padahal kita sebetulnya sanggup untuk menyelesaikan hal tersebut agar pekerjaan itu bisa selesai lebih cepat. Kata Kapten Fatimah, ini namanya “makan tulang”, orang lain bersusah payah sedangkan kita hanya berdiam diri tanpa kontribusi padahal sebetulnya kita mampu. Giliran pada situasi atau kesempatan yang terlihat menguntungkan baru muncul. Istilah mengandalkan disini memang terkesan oportunis, karena memang sebetulnya kita bisa ikut berkontribusi.
Kalau saya pribadi selagi masih ada waktu buat belajar hal baru, apapun itu, terlepas itu nanti ke depannya diperlukan atau tidak, yang jelas saya bisa mendapatkan ilmu atau wawasan baru pasti saya akan coba. Dengan tetap harus disesuaikan dengan skala prioritas yang kita punya. Belajar itu tidak ada salahnya, yang salah adalah kalau kita berhenti untuk belajar. Kita tidak dituntut untuk serba bisa, paling tidak kita mengarah untuk menjadi orang yang bisa diandalkan dalam setiap kesempatan. There is no one man show, but a right man in the right place sounds good enough I think.
Sampai ketemu di post selanjutnya !

No comments:

Post a Comment

Popular Posts