Lama ga jumpa temen-temen pembaca
haha. Oke, terus terang saya juga kesulitan cari waktu buat nulis lagi.
Dan sepertinya untuk segmen #SedikitRenungan akan saya cukupkan hingga 27 bagian
yang saya harap bisa kelar Januari sih. Setelah itu entah rencana apa
yang mau saya masukin lagi ke blog ini agar ter-maintain dengan
baik. Let’s see what I can do haha
Baik, kali ini saya bahas tentang “saling”. Mungkin analogi gini, jadi “saling”
yang saya maksud adalah kondisi dimana satu orang dengan orang lainnya bisa
mempercepat tujuan yang sama dengan mendekat satu sama lain dan akhirnya
bertemulah mereka pada satu titik di tengah, dan bukannya salah satu pihak
harus mencapai sisi salah satu pihak lainnya. Gampangnya dua orang pingin
ketemu dan daripada terlalu jauh mending ketemunya di tengah-tengah. Gitu,
ya kalian pasti tahu maksudnya. Jadi bukan menggantungkan salah satu pihak buat
mencapai sisi yang lain. Tapi sebetulnya konteksnya bisa banyak hal ya, mungkin
kalian interpretasinya lebih condong ke soal pasangan. Tapi terlepas apa pun
itu, kalau dalam sebuah aktivitas atau kegiatan yang bergerak adalah kedua
pihak atau banyak pihak pasti akan lebih cepat sampai pada titik tujuan yang
diharapkan.
Saya dapet pelajaran ini ketika nonton film “Sabtu Bersama Bapak”, mungkin temen-temen juga udah pernah nonton juga, memang pada case itu arahnya adalah nyari pasangan. Di film itu bilang untuk membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang kuat, bukan saling ngisi kelemahan satu sama lain, karena untuk menjadi kuat itu adalah tanggung jawab masing-masing bukan tanggung jawab orang lain, termasuk pasangan kita nantinya. Mungkin orang-orang banyak yang berpikiran bahwa pasangan itu kalo bisa saling melengkapi satu sama lain, memang benar dan ga salah, tinggal preferensi orang per orang. Kalau saya mikirnya kalau bisa keduanya sama-sama kuat kenapa harus salah satu saja, gitu sih. Meski pun pasti masih ada kekurangan satu atau beberapa hal, ya itu lain hal.
Saya dapet pelajaran ini ketika nonton film “Sabtu Bersama Bapak”, mungkin temen-temen juga udah pernah nonton juga, memang pada case itu arahnya adalah nyari pasangan. Di film itu bilang untuk membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang kuat, bukan saling ngisi kelemahan satu sama lain, karena untuk menjadi kuat itu adalah tanggung jawab masing-masing bukan tanggung jawab orang lain, termasuk pasangan kita nantinya. Mungkin orang-orang banyak yang berpikiran bahwa pasangan itu kalo bisa saling melengkapi satu sama lain, memang benar dan ga salah, tinggal preferensi orang per orang. Kalau saya mikirnya kalau bisa keduanya sama-sama kuat kenapa harus salah satu saja, gitu sih. Meski pun pasti masih ada kekurangan satu atau beberapa hal, ya itu lain hal.
Memang nyari seseorang yang
benar-benar sesuai dengan kriteria yang kita mau itu sulit, mungkin beberapa
orang berhasil. Saya bukannya ngajak seseorang buat berhenti berharap
atas seseorang yang mereka inginkan dan harapkan. Tuhan pun juga ga akan
ingkar kalau orang yang mau berusaha pasti dikasih yang terbaik, tapi parameter
terbaik adalah belum tentu sesuai dengan kriteria yang kita mau. Gini
gini, jadi tidak ada orang yang semua aspek kehidupannya itu sesuai dengan
apa yang dia rencanakan, case disini yang saya maksud adalah ketika seseorang
sudah menemukan pasangan yang sesuai atau bahkan sama persis dengan kriterianya,
pasti ada beberapa hal lain dalam hidupnya yang tidak smooth sesuai yang
ia mau. Begitu pun sebaliknya.
Perlu diingat juga parameter nyari
pasangan bukan hanya dari kriteria yang kita buat. Penting memang membuat skala
prioritas dan kriteria yang kita inginkan untuk pasangan kita nantinya, tak
kalah penting lagi adalah seberapa cocoknya atau seberapa sreg-nya orang
tersebut dengan perasaan kita. Kalau kita terlalu terpaku pada kriteria yang
kita buat yang ada justru malah mematerikan atau mengangkakan kriteria yang sudah
kita buat tadi dan justru rasa tidak puas pun akan selalu muncul dan
mencari-cari yang lain karena seseorang tersebut menurut kita masih ada kurang-kurangnya
di satu dan lain hal, ga selesai-selesai. Padahal pasangan adalah
masalah perasaan, meskipun faktor kriteria juga penting.
Bahasannya jadi ngeri gini ya hahaha.
Tapi terus terang saya sudah lama pingin nulis ini sih, cuma
cari momennya ga nemu-nemu. Intinya adalah pasangan itu dicari karena ada
kebutuhan batin dan perasaan yang saling bertautan dan semuanya akan lebih
cepat jika keduanya saling mendekat dan saling berbuat. After all, it’s
about finding, feeling, and believing. Wish you all found your very own
soulmate, like others did. And I wish I could.
Saya harap yang saya tulis bisa
bermanfaat, meskipun tulisan kali ini sedikit terkesan menye hahah. Sampai
jumpa di post selanjutnya ! Oke, 3 posts remaining !
NB: Ini opini saya pribadi, maaf jika ada
teman-teman yang kurang berkenan. Ambil yang menurut kalian baik. CMIIW
Ada yg bilang jodoh itu saling melengkapi, ada juga yg bilang cerminan diri. Tapi ini masuk juga, yg saling menguatkan :')
ReplyDeleteSemoga bisa menginspirasi ya mbak hehe
Delete